
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Produksi kelapa Kalimantan Timur menurun dari tahun ke tahun karena petani tidak tertarik meremajakan tanamannya dan petaninya juga sudah memasuki usia senja, sedangkan anak-anaknya juga tidak berminat berkebun kelapa.
Hal itu dikatakan Pejabat Fungsional di Bidang Pengembangan Komoditi Dinas Perkebunan Kaltim, Muhammad Fahrozi menjawab Niaga.Asia, Senin (19/5/2025).
Untuk diketahui berdasarkan laporan BPS Kaltim dalam dua tahun terakhir tidak ada penambahan luas tanam kelapa di Kaltim, yakni pada tahun 2024 hanya 19.624 hektar, atau sama dengan tahun 2023. Kebun kelapa terluas terdapat di Kutai Kartanegara yakni 7 ribuan hektar dan di Penajam Paseru Utara 4 ribuan hektar. Sedangkan produksi kelapa di Kaltim terjadi penurunan 1.272 ton, atau dari 9.115 ton pada tahun 2023 jadi 7.843 ton pada tahun 2024.
“Tanaman kelapa yang ada sekarang kebanyakan sudah tidak produktif lagi, sudah tua,” ujar Fahrozi.
Disbun Kaltim, lanjut Fahrozi, setiap tahun terus mencari petani yang mau meremajakan kelapanya dengan memberikan bantuan bibit kelapa gratis, namun yang berminat sangat sedikit sekali, sehingga peremajaan tanaman kelapa hanya dalam hitungan belasan hektar setiap tahunnya.
“Petani kelapa juga sudah berusia lanjut, sedangkan anak-anaknya tidak tertarik lagi mengembangkan usaha kelapa orangtuanya,” ungkapnya.
Bahkan yang terjadi sekarang, lahan yang semula untuk kebun kelapa juga banyak berubah fungsi, ada yang diubah jadi tempat wisata, permukiman, dan lain sebagainya. Kebun kelapa di Penajam Paser Utara (PPU) juga terancam berkurang, karena daerah tersebut sudah berubah jadi Ibu Kota Negara (IKN). Kebun kelapa di PPU bisa berubah fungsi jadi kawasan perdagangan dan perumahan.
“Itu lah kondisi faktualnya di lapangan,” kata Fahrozi lagi.
Sementara Ramli, staf di Bidang pemasaran Dinas Perkebunan Kaltim, menambahkan, pasokan kelapa di sejumlah daerah di Kaltim memang menurun sejak bulan Ramadhan, atau Maret lalu, sehingga harga naik sampai Rp17.000/butir bahkan Rp20.000/butir di Samarinda.
“Suplay kurang, permintaan meningkat,” katanya. Petani juga lebih senang menjual kelapanya dalam kondisi muda, sehingga pasokan untuk kelapa untuk memasak jadi berkurang dipasaran.
Ramli membenarkan, kebutuhan akan kelapa di Kaltim sudah cukup lama dipasok dari Sulawesi, karena produksi kelapa lokal tak bisa lagi memenuhi permintaan pasar.
“Kemungkinan harga kelapa baru turun ke harga normal Rp12.000/butir beberapa bulan ke depan,” ujar Ramli.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | Adv Diskominfo Kaltim
Tag: Kelapa