
BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA — Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur (DPKH Kaltim) menegaskan komitmennya untuk memperkuat sektor peternakan sebagai pilar pertumbuhan ekonomi non migas.
Dalam Rapat Koordinasi Teknis Daerah (Rakontekda) di Hotel Platinum Balikpapan, Rabu 2 Juli 2025, Kepala DPKH Kaltim Fahmi Himawan memaparkan Rencana Strategis 2025–2029, serta capaian pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Kaltim.
Fahmi menyatakan sektor peternakan berperan penting dalam mendukung Misi ke-2 Pemprov Kaltim, yakni menjadikan Kaltim sebagai pusat ekonomi baru berbasis industrialisasi komoditas unggulan daerah.
DPKH menetapkan dua proyek prioritas, Pengembangan Desa Korporasi Ternak (PDKT) dan Pembangunan Hatchery Ayam Lokal Unggul, yang sejalan dengan program hilirisasi pertanian dan inovasi teknologi peternakan.
“Tujuan kami adalah meningkatkan kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertumbuhan ekonomi non migas, sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak dan produksi pangan hewani,” ujar Fahmi.
Saat ini, populasi sapi potong lokal baru mencukupi 30 persen dari kebutuhan tahunan sebesar 80–90 ribu ekor. Sedangkan sisanya masih didatangkan dari luar daerah seperti NTT, Sulawesi, dan Jawa.
Untuk mempercepat peningkatan populasi sapi, DPKH telah membentuk 9 PDKT pada 2024, dan mendorong integrasi peternakan dengan sektor lain seperti perkebunan sawit dan lahan pascatambang, dengan dukungan Pergub No 33 Tahun 2023.
Kerja sama juga diperluas ke sektor pertambangan melalui Program Sapi Komitmen, guna mendukung peningkatan populasi sapi. Hingga kini, dua perusahaan telah terlibat dalam integrasi sawit-sapi, PT Gunta Samba Jaya dan PT Equalindo Makmur Alam Sejahtera.
Selain itu, Kaltim juga terus menekan angka penyakit hewan menular strategis zoonotik (PHMSZ) seperti PMK, Rabies, LSD, Jembrana, Brucellosis, dan Avian Influenza.
Berdasarkan Kepmen Pertanian No 708 Tahun 2024, Kaltim termasuk wilayah dengan status penyakit tertentu, baik tertular maupun terduga.
“Penanganan dilakukan melalui pengawasan lalu lintas hewan, penguatan peran Puskeswan, dan komitmen lintas dinas. Kami juga terus menjalin sinergi dengan pemerintah pusat dan daerah,” terang Fahmi.
Sementara itu, sektor perunggasan menunjukkan progres positif. Produksi daging ayam pada 2024 tercatat 65.170 ton dari total kebutuhan 81 ribu ton. Namun, pengembangan masih terhambat oleh belum adanya pabrik pakan ternak di Kaltim.
Untuk mendorong investasi, DPKH menerbitkan Buku Peluang Investasi Peternakan yang mengulas potensi komoditas ayam ras petelur dan sapi potong, termasuk aspek SDM, regulasi, dan ketersediaan lahan.
Dalam hal jaminan keamanan produk hewani, sebanyak 69 unit usaha telah mengantongi Nomor Kontrol Veteriner (NKV), termasuk RPH, cold storage, dan usaha pengolahan daging. Satu-satunya unit yang telah memperoleh registrasi produk hewan adalah RPU PT Mitra Sinar Jaya.
Fahmi juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan pelaku usaha dalam menyediakan pangan hewani yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH) bagi masyarakat Kaltim.
Pemerintah juga terus menjaga stabilitas pasokan dan harga daging melalui kerja sama dengan daerah pemasok, fasilitasi distribusi ternak, serta koordinasi dengan Satgas Pangan.
“Kami optimis, langkah-langkah terintegrasi ini akan membawa lompatan besar bagi ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi daerah,” jelas Fahmi.
Penulis: Heri | Editor: Saud Rosadi | Adv Diskominfo Kaltim
Tag: KaltimPemprov KaltimPeternakan