Soal Ekonomi Bukan Penghalang, Warga Samarinda Optimistis dengan Sekolah Rakyat

Muhammad Randi Arsil-warga Bayur di Samarinda (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Pelaksanaan kegiatan hingga persiapan sekolah rakyat rintisan di kota Samarinda terus dikebut.

Di Samarinda, ada tiga lokasi sekolah rakyat rintisan, masing-masing di SMAN 16 Samarinda, Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Samarinda dan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP).

Sekolah rakyat rintisan di BPMP Samarinda paling siap untuk memulai masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) pada 1 Agustus 2025 nanti.

Di lokasi BPMP itu akan menampung 100 siswa jenjang SMP-SMA. Di antara para siswa dan orang tua yang mendaftarkan diri, terungkap berbagai alasan yang mendasari keputusan mereka untuk menempuh pendidikan berasrama di Sekolah Rakyat ini.

Muhammad Randi Arsil, 15 tahun, asal Bayur Samarinda mengatakan, pertama kali mengetahui informasi tentang Sekolah Rakyat ini dari pegawai Dinas Sosial Kota Samarinda.

Saat itu, pegawai Dinsos mendatangi rumahnya untuk memberikan bantuan Program Indonesia Pintar (PIP), sekaligus menawarkan kesempatan untuk bersekolah di Sekolah Rakyat Samarinda.

“Alhamdulillah orang tua saya setuju. Katanya sekolah rakyat ini bagus untuk ke depannya dan semua ditanggung,” kata Randi, ditemui kawasan di Stadion Segiri, Jalan Kesuma Bangsa, Senin 14 Juli 2025.

Sebelumnya, Randi menempuh pendidikan dan lulus dari SMPN 47. Karena menurutnya sekolah rakyat ini dapat membantu meringankan beban orang tuanya, maka dia memutuskan melanjutkan pendidikan jenjang SMA di sekolah rakyat.

“Pilihan saya ini juga untuk meringankan beban ibu, dan biar mandiri juga. Soalnya ibu sehari-hari jadi asisten rumah tangga dan bapak sudah nggak ada,” ujar Randi.

Selama menempuh pendidikan di bangku SMP, Arsil juga memiliki kesibukan bekerja sebagai seorang writers atau pencatat pesanan di salah satu kafe di Samarinda. Itu dia lakukan semata-mata untuk membantu perekonomian keluarga.

“Kalau nanti bisa tetap lanjut sambil kerja (saat menempuh pendidikan di sekolah rakyat), akan tetap lanjut,” terang Randi.

Setelah lulus dari bangku SMA di sekolah rakyat nanti, Arsil memiliki harapan besar untuk dapat menjadi orang sukses dan mengangkat derajat orang tuanya.

“Semoga saya bisa jadi orang sukses ke depannya,” katanya optimistis.

Sementara salah satu orang tua siswa yang mendaftarkan anaknya bersekolah di sekolah rakyat, Rahimah mengatakan, dia mendapatkan informasi sekolah rakyat ini dari pendamping keluarga harapa (PKH).

Rahimah optimistis dengan Sekolah Rakyat akan memberikan pendidikan yang layak bagi anaknya (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

“Kita daftarkan diri sendiri, dan wajib memenuhi beberapa persyaratan dan memang cukup banyak syaratnya,” kata Rahimah.

Keputusan Rahimah untuk menyekolahkan anaknya di sekolah rakyat ini bukan tanpa alasan. Warga Jalan M Said di Samarinda itu mengaku keterbatasan transportasi, menjadi alasan utama yang menghambat anaknya untuk sekolah saat ini.

“Nggak ada kendaraan mau antar dia (anak ke sekolah). Jadi sering libur karena nggak ada yang mau mengantarnya ke sekolah,” ujar Rahimah.

Meski harus berasrama, Rahimah tidak keberatan dengan sistem pendidikan di sekolah rakyat itu. Dia sendiri mendaftarkan anaknya untuk jenjang SMP, dan memiliki keyakinan penuh bahwa fasilitas serta kebutuhan makanan akan terpenuhi dengan layak.

“Setuju saja anak saya sekolah di sana meski berasrama. Mudahan anak saya nanti menjadi orang sukses, dapat sekolah sampai selesai dan cita-citanya tercapai,” ungkap Rahimah.

Rahimah, wanita dengan empat orang anak dengan keseharian sebagai ibu rumah tangga ini sangat merasakan dampak faktor ekonomi menjadi penghambat dalam menyekolahkan anaknya.

“Suami saya sehari-hari tukang bersih-bersih jalan pendapatan Rp 2 juta sebulan. Belum lagi bayar sewa rumah. Adeknya masih ada 2 orang kecil-kecil. Kalau kakaknya umur 20 tahun udah nikah,” demikian Rahimah.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi | Adv Diskominfo Kaltim

Tag: