
BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA – Di Indonesia, bencana dan kecelakaan terjadi hampir setiap hari, mulai dari gempa, banjir, hingga kecelakaan lalu lintas. Namun, jumlah masyarakat yang memiliki keterampilan penyelamatan darurat masih sangat terbatas.
Ketua Yayasan Garuda Rescue Nusantara sekaligus pelaksana Indonesia Mining Emergency Rescue Competition (IMERC) 2025, Adri Thanada, menilai kondisi ini berisiko karena saat kejadian darurat, banyak warga hanya menjadi penonton.
“Kalau ada orang tertimpa bangunan, kebanyakan cuma ngumpul. Tidak tahu cara evakuasi, tidak tahu pertolongan pertama. Padahal skill ini penting, apalagi di negara yang setiap hari ada bencana,” katanya saat ditemui di Kawasan Industri Kariangau, Balikpapan, pada Jumat (15/8/2025).
Menurutnya, salah satu penyebab minimnya kemampuan penyelamatan yakni mahalnya biaya pelatihan. Latihan penyelamatan di air atau bawah air, misalnya, bisa menelan biaya hingga Rp100 juta per orang.
“Rata-rata relawan bukan orang kaya. Bagaimana mau kompeten kalau tidak punya uang untuk melatih diri? IMERC ini kami buat agar relawan dan pekerja bisa mendapatkan pelatihan berkualitas tanpa harus membayar mahal,” jelas Adri.
IMERC 2025 mengusung tema “Elevate Indonesia Rescue” dengan konsep tiga kegiatan utama yaitu training, challenge, dan charity. Diikuti oleh 100 peserta dari berbagai latar belakang perusahaan, asosiasi, dan LSM, yang datang dari sejumlah provinsi termasuk Sulawesi dan Sumatra.
Adapun materi pelatihan mencakup penyelamatan di lokasi kebakaran, ketinggian, permukaan air, bawah air, ruang terbatas (confined space), hingga kecelakaan di jalan raya (road crash accident).
Bagian kompetisi diikuti 18 tim, terdiri dari 17 tim perusahaan tambang Indonesia dan satu tim dari Australia, Northern Star Resources sebagai pemenang ajang serupa di Australia pada 2024.
“Jumlah tim kita batasi demi keamanan. Sebelumnya ada 26 tim dan main sampai malam. Itu berisiko, jadi tahun ini hanya 18 tim supaya lebih efektif dan aman,” sebutnya.
Setiap tim rata-rata beranggotakan sembilan orang dan harus menyelesaikan delapan tantangan yaitu hack angel, confined space, underwater and recovery rescue, individual, road accident, combat yang menguji fisik, serta beberapa simulasi penyelamatan lainnya.
Kompetisi digelar di Garuda Rescue Nusantara (GRN) dengan jadwal pembukaan 14 Agustus, lomba utama 15-16 Agustus, dan penutupan 17 Agustus.
Direktur Teknik dan Lingkungan Ditjen Minerba Kementerian ESDM Hendra Gunawan dan Ketua Dewan Pengawas Yayasan GRN R Teguh Sapto Subroto telah membuka kegiatan ini secara resmi.
Diketahui, dalam kegiatan charity juga melibatkan NGO seperti Rumah Zakat dan Yayasan Patryaswana untuk menggalang dana pelatihan gratis di masa depan.
Adri mengungkapkan, dana yang terkumpul akan digunakan untuk membiayai relawan agar dapat mengikuti pelatihan tanggap darurat tanpa terbebani biaya.
“Kami tidak mencari keuntungan. Semua peserta gratis, pendanaan murni dari donasi perusahaan yang punya komitmen membangun kapasitas tanggap darurat di Indonesia,” ungkapnya.
Fokus IMERC tahun ini adalah sektor pertambangan. Ia menilai, tingkat risikonya tinggi, termasuk potensi kecelakaan fatal di lokasi kerja.
“Pertambangan adalah industri high risk. Kita mulai dari sini karena memahami risikonya, dan berharap ke depan bisa merambah ke sektor lain seperti minyak dan gas,” pungkas Adri.
Di sisi lain, keterlibatan tim dari berbagai negara, termasuk Singapura Civil Defence Force (SCDF) juga membuka peluang pertukaran metode pelatihan penyelamatan antara Indonesia dan luar negeri.
Penulis : Putri : Editor : Intoniswan
Tag: pelatihan penyelamatanYayasan Garuda Rescue Nusantara