Pasar Properti Balikpapan Lesu

Kepala Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi (kanan) dalam konferensi pers bersama media (Foto Putri/Niaga.Asia)

BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA – Pasar properti residensial di Balikpapan bergerak melambat pada triwulan II-2025. Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mencatat, pertumbuhan harga hanya sebesar 0,96 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,31 persen (yoy).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi, menjelaskan perlambatan ini terutama dipengaruhi penurunan harga di segmen rumah tipe menengah dan kecil. Harga rumah tipe menengah (36-70 m²) hanya naik 0,42 persen, sementara tipe kecil (≤36 m²) tumbuh 0,38 persen. Padahal, pada triwulan I-2025, keduanya masih mampu tumbuh masing-masing 1,00 persen dan 1,59 persen.

“Perlambatan harga sejalan dengan penurunan nilai penjualan properti residensial yang turun 11 persen dibandingkan periode sebelumnya,” ungkap Robi di Balikpapan, Kamis (28/8/2025).

Menurutnya, kondisi ini erat kaitannya dengan normalisasi permintaan masyarakat. Sebelumnya, pasar residensial sempat terdorong oleh masifnya pembangunan serta ekspektasi operasional Ibu Kota Nusantara (IKN) pada 2024. Saat ini, pasar kembali ke pola yang lebih normal.

Untuk menyiasati perlambatan harga, sejumlah pengembang mengalihkan fokus penjualan ke rumah tipe menengah dan kecil. Strategi itu dinilai lebih realistis karena daya beli masyarakat masih condong pada dua segmen tersebut.

Berbeda dengan segmen kecil dan menengah, rumah tipe besar (luas >70 m²) mencatatkan pertumbuhan harga lebih tinggi, yakni 2,07 persen, naik dari 1,34 persen pada triwulan I.

Meski demikian, ujar Robi, tngginya harga justru membuat penjualannya tertekan. Nilai penjualan rumah tipe besar anjlok hingga 25 persen.

“Melemahnya permintaan menjadi penyebab utama turunnya penjualan rumah tipe besar,” terangnya.

SHPR BI juga menemukan adanya pergeseran tren pasar. Jika sebelumnya rumah tipe kecil mendominasi penjualan, kini rumah tipe menengah menjadi yang paling banyak terjual.

Pergeseran ini dipicu oleh kehadiran beberapa klaster baru yang dipasarkan pengembang, sehingga menarik minat konsumen.

Dari sisi pembiayaan, mayoritas transaksi masih mengandalkan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dengan porsi 89 persen, meningkat dibanding triwulan I-2025 yang sebesar 84 persen.

Sementara itu, 8 persen pembelian dilakukan dengan cash bertahap, dan 3 persen dengan pembayaran tunai penuh (cash keras).

Sejalan dengan kondisi pasar, BI menegaskan akan terus memperkuat implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Insentif tersebut diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor prioritas, termasuk real estate dan perumahan rakyat, yang dinilai berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi serta penciptaan lapangan kerja.

“Kebijakan KLM nantinya akan terus diperkuat melalui optimalisasi insentif bagi sektor-sektor prioritas, agar pertumbuhan kredit perbankan dapat mendukung program pembangunan nasional, termasuk sektor real estate,” pungkas Robi.

Penulis : Putri | Editor : Intoniswan

Tag: