Hetifah Sjaifudian: Bahasa Daerah Jangan Sampai Hanya Jadi Catatan Sejarah

Diseminasi Program Kebahasaan dan Kesastraan di Hotel Mercure Samarinda, Minggu 31 Agustus 2025. (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bersama Komisi X DPR RI menyosialisasikan kebahasaan dan kesastraan. Kegiatan ini mendorong pelestarian bahasa daerah di beberapa provinsi, salah satunya Kaltim, untuk melestarikan lagi penggunaan bahasa daerah di masyarakat.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikdasmen Hafidz Muksin mengatakan, program pelestarian bahasa daerah atau bahasa ibu, karena yang diperkenalkan oleh ibu sejak lahir ini menjadi fokus utama revitalisasi bahasa di Kaltim.

Menurutnya, pelestarian ini dapat diwujudkan melalui kegiatan konkret seperti Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI), yang melibatkan siswa SD hingga SMP.

“Melalui lomba menulis Cerpen, mendongeng, hingga stand up komedi dalam bahasa daerah, dilakukan untuk menumbuhkan generasi baru penutur aktif bahasa ibu,” kata Muksin, di Hotel Mercure Jalan Mulawarman, Samarinda, Minggu 31 Agustus 2025.

Program pelestarian bahasa daerah ini sejalan dengan penguatan literasi nasional. Di mana pada tahun 2021 lalu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa berhasil mencetak dan mendistribusikan 21 juta lebih buku bacaan ke sekolah-sskolah, di wilayah dengan tingkat literasi rendah.

Upaya pelestarian bahasa daerah atau bahasa ibu di Kaltim ini mendapat dukungan penuh dari Komisi X DPR RI yang membidangi Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Riset), Pariwisata, Ekonomi Kreatif, Pemuda, dan Olahraga.

Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menekankan pentingnya penyelamatan bahasa daerah. Di Indonesia sendiri memiliki kekayaan 718 bahasa daerah yang tersebar di 38 provinsi. Sayangnya, 25 di antaranya terancam punah, dan 11 lainnya telah punah. Bahasa daerah Kaltim pun termasuk yang hampir punah.

“Kaltim dengan keragaman bahasa seperti Kenyah, Paser dan Kutai menjadi salah satu lokus utama revitalisasi. Kita tidak ingin bahasa-bahasa ini hanya menjadi catatan sejarah,” kata Hetifah

Selain itu, wakil rakyat Dapil Kaltim ini menyoroti pentingnya peran sastrawan muda dan komunitas baca lokal, untuk mendorong minat baca dan berbahasa daerah di masyarakat.

“Anak muda Kaltim harus diberi ruang lebih luas untuk menghasilkan karya yang berakar pada budaya lokal. Inilah bemtuk nyata menjaga bahasa ibu tetap hidup,” jelas Hetifah Sjaifudian.

Sementara Kepala Balai Bahasa Kaltim Asep Juanda juga menjelaskan kolaborasi kebahasaan dan kesastraan bertujuan memperkuat sinergi pemerintah, pendidikan dan masyarakat, dalam upaya mendukung program priotas nasional di bidang bahasa.

“Pelestarian bahasa ibu ini memberikan manfaat nyata dalam membangun ekosistem kebahasaan dan kesastraan yang lebih kuat dan berkelanjutan di Kaltim,” demikian Asep Juanda

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi

Tag: