BI Balikpapan Dorong UMKM Kerajinan Bidik Identitas Baru Lewat Batik, Manik, dan Tenun

Kunjungan Bank Indonesi BalikpapanI bersama wartawan ke rumah produksi batik di Solo. (Foto Putri/Niaga.Asia)

BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan tengah menyiapkan langkah besar untuk mengubah wajah industri kerajinan lokal. Fokusnya tidak hanya pada perbaikan kualitas, tetapi juga pada pencarian identitas khas yang dapat membedakan produk Balikpapan dari daerah lain.

Kepala Kantor Perwakilan BI Balikpapan, Robi Ariadi, menyebut sekitar 12 perajin batik akan diberangkatkan ke Solo pada Oktober mendatang.

Program pembelajaran itu dirancang dalam tiga pilar utama, yakni transformasi pola pikir, peningkatan keterampilan teknis, serta pengenalan teknologi modern.

“Selama ini, para perajin di Balikpapan terlalu terikat pada pakem tradisional, baik motif maupun warna. Padahal pasar sudah jauh berubah. Di Solo sendiri, para pembatik sudah lebih fleksibel,” katanya, Kamis (11/9/2025).

Menurut Robi, batik Balikpapan kerap dipersepsikan sebagai produk tiruan batik Solo atau Jogja karena minim narasi dan identitas kuat.

Sementara itu, dominasi warna cokelat pada karya lokal dianggap kurang mampu menjawab dinamika pasar yang menuntut variasi.

Untuk menutup kesenjangan tersebut, BI Balikpapan tidak hanya menaruh perhatian pada batik, tetapi juga mulai mengarahkan pengembangan ke kerajinan alternatif.

“Manik-manik dan tenun lebih fleksibel. Kerajinan ini tidak memiliki pakem seketat batik sehingga memberi ruang bagi Balikpapan untuk menonjolkan keunikannya,” tegas Robi.

Sebagai bagian dari rencana jangka panjang, BI Balikpapan membidik posisi kota ini sebagai pusat fashion Kalimantan. Tahap awal, pelatihan sudah digelar bagi siswa SMA dengan hasil karya yang akan dipamerkan dalam acara Mahligai pada 27 September 2025.

Selanjutnya, BI menargetkan produk-produk inovatif asal Balikpapan bisa tampil di pameran nasional bergengsi Karya Kreatif Indonesia (KKI) tahun depan.

Visi ini juga diperkaya dengan pengalaman belajar dari Solo. Pada 8 September lalu, delegasi BI Balikpapan meninjau Galeri UMKM Batik Walang Kekek, Mangkuyudan, Solo. Galeri yang berdiri sejak 2016 itu dikenal sebagai ruang pelestarian karya maestro keroncong Waldjinah.

Pengelola galeri, Menil Ester Wulandari, menyampaikan filosofi yang diusung lewat tagline “Kuno Kini Nanti”.

“Dari batik kuno, kami hadirkan karya yang relevan untuk masa kini, dan tetap lestari untuk nanti,” tuturnya.

Menil mengungkapkan, batik bukan sekadar tekstil bermotif, melainkan identitas bangsa dengan filosofi mendalam. Saat ini, galeri tersebut menyimpan hampir 1.000 pola batik langka, termasuk karya kakak Waldjinah sejak 1964. Ia menekankan pentingnya mengembangkan narasi dalam pemasaran.

“Kalau narasi ini digarap, masyarakat tidak hanya membeli kain, tapi juga memahami filosofi dan identitas di baliknya,” sebutnya.

Lebih jauh, Menil menilai kolaborasi lintas budaya dapat menjadi pilihan bagi daerah seperti Balikpapan.

Motif klasik Jawa, misalnya parang dan kawung, bisa dipadukan dengan simbol Kalimantan, seperti ornamen pakaian adat Dayak, laut, hingga hutan.

Upaya BI Balikpapan ini diharapkan tidak hanya memperkaya keterampilan perajin, tetapi juga membuka ruang bagi lahirnya produk kerajinan yang memiliki identitas kuat dan daya saing di tingkat nasional.

Penulis: Putri | Editor: Intoniswan

Tag: