11 Orang di Kaltim Meninggal Akibat DBD

Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin. (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur melaporkan sejak Januari-Agustus 2025 penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti merenggut 11 korban jiwa.

Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin menerangkan, dari total 11 korban jiwa tahun ini, 9 di antaranya adalah anak-anak, dan 2 lainnya adalah dewasa.

“Dewasa ini tidak murni karena DBD, tapi ada komplikasi penyakit lain seperti kencing manis,” kata Jaya, dihubungi niaga.asia, Kamis 2 Oktober 2025.

Jaya merinci dari total kasus meninggal itu, sebaran korban meninggal tercatat di 8 daerah yaitu 2 orang dari kota Bontang, 2 orang dari Paser, Kutai Barat 2 orang, dan Samarinda 1 orang.

Berikutnya Balikpapan 1 orang, Penajam Paser Utara 1 orang, Kutai Kartanegara 1 orang dan satu orang lagi dari Berau.

Meskipun demikian, menurut Jaya, kasus DBD menunjukkan tren positif dibandingkan 2024. Di mana pada tahun lalu, kematian akibat penyakit DBD ini tercatat 24 kasus.

“Jadi ada penurunan. Sebanyak 24 kasus kematian itu didominasi oleh anak-anak,” ujar Jaya.

Penurunan juga terlihat pada 2024 sebanyak 4.000 kasus DBD dan pada 2025 ini sebanyak 3.000 kasus DBD.

“Artinya masih dalam batas wajar. Kita terus berupaya menurunkan angka DBD,” tambah Jaya.

Masih disampaikan Jaya, angka kasus ini masih dalam batas kendali dan tidak ada daerah yang ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) tahun ini. Berbeda dengan tahun sebelumnya, di mana Kutai Barat dan Kutai Kartanegara, sempat berstatus KLB.

“Kita terus berupaya agar tidak ada lagi kematian karena DBD atau zero death dengue,” sebut Jaya.

Di sisi lain, Dinkes Kaltim juga menekan angka DBD dengan menggalakan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, dan mencegah gigitan).

Kampanye pencegahan ini menggandeng stakeholder terkait, termasuk Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud).

“Lingkungan sekolah ini bisa menjadi tempat habitat nyamuk Aedes aegypti, yang biasanya nyamuk ini menggigit pada pagi hingga siang. Demam biasa muncul 7 hari setelah gigitan,” ungkap Jaya.

Terakhir, Jaya mengimbau kepada masyarakat untuk memperkuat pertahanan diri dengan vaksinasi DBD, terutama bagi anak-anak, yang bisa didapatkan di Puskesmas, klinik dan rumah sakit.

“Tahun ini kita menyediakan 3.000 dosis. Ini nanti kita serahkan ke Kukar. Sejauh ini Samarinda dan Balikpapan, sudah jadi kita serahkan. Selanjutnya ke Kukar,” demikian Jaya Mualimin.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi

Tag: