Festival Memory of Yupa, Upaya Kukar Hidupkan Kembali Jejak Peradaban Nusantara

Plt. Kepala Diarpus Kukar Rinda Desianti (Niaga.Asia/Lydia Apriliani)

TENGGARONG.NIAGA.ASIA – Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) melalui Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Diarpus) tengah menyiapkan agenda besar bertajuk Festival Memory of Yupa.

Festival ini menjadi langkah strategis untuk memperkenalkan kembali Yupa Lesong Batu di Muara Kaman, bukti tertua peradaban dan lahirnya kerajaan pertama di Nusantara.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Diarpus Kukar, Rinda Desianti, mengatakan festival tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah dalam mengangkat kembali nilai-nilai sejarah dan literasi budaya masyarakat Kutai.

“Insyaallah kami mau bikin semacam Festival Memory of Yupa di Muara Kaman dalam rangka memperkenalkan Yupa. Jadi kita harap Yupa bisa masuk ke dalam salah satu warisan dunia,” ujarnya pada Senin (13/10) di Pendopo Wakil Bupati Kukar, Jalan Robert Wolter Monginsidi, Tenggarong.

Lesong Batu, sebuah yupa niraksara yang terletak Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara. (Wikipedia)

Menurut Rinda, Festival Memory of Yupa juga menjadi langkah awal menuju pengakuan dunia atas warisan sejarah Kutai. Saat ini, Diarpus Kukar tengah mempersiapkan proses pendaftaran Yupa Lesong Batu ke UNESCO melalui program Memory of the World.

“Kami sedang berkoordinasi dengan pihak pusat untuk mendaftarkan Yupa Lesong Batu sebagai warisan dunia UNESCO. Melalui festival ini, kita ingin memperkenalkannya secara luas kepada masyarakat sekaligus menunjukkan pentingnya pelestarian arsip sejarah,” jelasnya.

Selain menonjolkan sisi sejarah, festival ini juga diharapkan menjadi media edukasi soal literasi bagi masyarakat, terutama generasi muda. Ia menilai, literasi tidak hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga memahami akar sejarah dan budaya daerah.

“Membaca itu bukan sekadar membuka buku. Melalui literasi sejarah, kita belajar mengenal jati diri bangsa. Yupa adalah simbol literasi tertua bangsa kita, karena di sanalah tertulis aksara pertama yang mengisahkan tentang pemerintahan dan kehidupan sosial masa lalu,” tuturnya.

Rinda juga menambahkan, kegiatan ini sejalan dengan 17 Program Unggulan Kukar Idaman Terbaik dibawah kepemimpinan Bupati Aulia Rahman Basri dan Wakil Bupati Rendi Solihin, khususnya di bidang pendidikan dan kebudayaan.

Selain festival, Diarpus Kukar terus melakukan peningkatan kapasitas, terutama bagi mereka pengelola perpustakaan di sekolah dan desa. Tak hanya itu, Rinda juga berkomitmen akan mengembangkan perpustakaan digital agar literasi semakin mudah diakses masyarakat.

“Kami ingin literasi tidak hanya berhenti di sekolah, tapi juga hidup di desa, di Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan di ruang-ruang publik. Literasi sejarah seperti Yupa ini adalah cara kita membangun kesadaran bersama tentang siapa kita dan dari mana kita berasal,” tambahnya.

Lebih jauh, Rinda menilai rendahnya minat baca masyarakat saat ini menjadi tantangan tersendiri. Banyak orang gemar membaca pesan singkat dan media sosial, namun enggan membaca buku atau arsip sejarah.

“Sekarang orang suka baca, tapi yang dibaca itu WhatsApp atau media sosial. Padahal membaca buku dan sejarah itu membuka wawasan dan memperkuat karakter kita,” terangnya.

Melalui Festival Memory of Yupa, Diarpus Kukar berharap dapat menghidupkan kembali semangat membaca dan menghargai sejarah, sekaligus mengangkat nama Kukar di kancah nasional maupun dunia.

“Kita ingin Yupa bukan hanya dikenal sebagai benda kuno, tapi menjadi sumber inspirasi literasi dan kebanggaan masyarakat Kutai,” pungkasnya.

Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | Advertorial

Tag: