
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Resiliensi ekonomi yang kuat tersebut juga tercermin di Bumi Etam, Kalimantan Timur. Pada Triwulan II 2025, ekonomi Kaltim mampu tumbuh di angka 4,69% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja ini menjadikan Kaltim sebagai kontributor paling besar terhadap ekonomi Kalimantan, yakni sekitar 46%. Dari sisi stabilitas harga, inflasi Kaltim pada triwulan III 2025 terkendali di rentang target nasional, yakni 1,77% (yoy), yang tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi nasional dan provinsi lainnya di Kalimantan.
Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, Budi Widihartanto pada kegiatan Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) Kalimantan Timur yang bertemakan ”Menyelaraskan Prospek Ekonomi, Kapasitas Fiskal, dan Rencana Pembangunan Daerah” pada hari Rabu, 29 Oktober 2025 di Hotel Fugo Kota Samarinda.
Dalam rangka memperkuat transmisi kebijakan Bank Indonesiadan diseminasi perkembangan ekonomi serta keuangan di Kalimantan Timur, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur (KPw BI Kaltim) menggelar Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) Kalimantan Timur yang bertemakan ”Menyelaraskan Prospek Ekonomi, Kapasitas Fiskal, dan Rencana Pembangunan Daerah” pada hari Rabu, 29 Oktober 2025 di Hotel Fugo Kota Samarinda.
Kegiatan yang dibuka Budi Widihartanto tersebut, dihadiri oleh Edih Mulyadi (Kepala Kanwil Dirjen Perbendaharaan Prov. Kaltim), Fahmi Prima Laksana (Kepala DinasPenanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kaltim), Misyar Bonowisanto (Direktur OJK Kaltimtara), Organisasi Perangkat Daerah, Pimpinan Perbankan, Perguruan Tinggi, Asosiasi, Media, Serta akademisi Se-Kalimantan Timur.
Sedangkan perkembangan sistem pembayaran di Kaltim juga menunjukkan tren positif; transaksi nontunai terus meningkat, terutama pada QRIS yang tumbuh 144% (yoy) dan menjadikan Kaltim sebagai kontributor utama transaksi non tunai di Kalimantan dengan pangsa QRIS sebesar 55%.
“Sementara itu, dari sisi intermediasi perbankan, penyaluran kredit di Kaltim tumbuh positif sebesar 2,37% (yoy) di triwulan III 2025. Kaltim memegang pangsa kredit tertinggi se-Kalimantan, yakni 36,8% dari total penyaluran kredit di Kalimantan, demikian pula DPK Kaltim yang memegang pangsa tertinggi sebesar 38,49%,” ujar Budi.
Melihat ke depan, optimisme prospek ekonomi Kaltim tetap terjaga. Bank Indonesia memproyeksikan ekonomi Kaltim pada tahun 2025 tumbuh pada rentang 4,80 – 5,60% (yoy), dan akan tumbuh lebih tinggi lagi pada tahun 2026 di kisaran 5,50 – 6,30% (yoy).
Proyeksi pertumbuhan tahun 2026 ini didorong oleh geliat sektor industri seiring ekspansi dan potensi penambahan industri hilirisasi baru, serta proyek konstruksi pemerintah dan swasta.
Menurut Budi, proyeksi ini juga sejalan dengan target Laju Pertumbuhan Ekonomi Kaltim dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2026 yang ditetapkan oleh Bappeda sebesar 6,60 – 7,20% (yoy).
“Namun, terdapat tantangan yang perlu diantisipasi, seperti isu sektor ekstraktif yang masih menjadi penopang utama, di mana permintaan batu bara global diprakirakan turun sekitar 8% (yoy) di periode 2026,” katanya.
Menanggapi tantangan tersebut, Pemerintah Provinsi telah membentuk Forum Koordinasi Transformasi Ekonomi Kaltim yang akan menjadi akselerator dalam memantau visi ekonomi inklusif dan berkesinambungan.
Selain itu, Pemerintah Provinsi serta kabupaten/kota juga telah membentuk Tim Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Daerah berlandaskan Surat Edaran Mendagri Nomor 000.4.6/3764/SJ untuk menanggulangi berbagai tantangan pembangunan yang dihadapi.
Bank Indonesia sendiri, lajut Budi, juga terus berupaya mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui bauran kebijakan moneter yang pro-stability, diimbangi dengan kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran yang pro-growth.
“Kebijakan moneter ditempuh melalui jalur penurunan suku bunga BI-Rate, yang telah turun sebesar 150 bps sejak September 2024 menjadi 4,75%,” terangnya.
Dari sisi makroprudensial, Bank Indonesia memperkuat Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) sejak 1 April 2025 untuk mendorong kredit ke sektor-sektor prioritas, dengan total insentif yang disalurkan mencapai Rp393 triliun hingga Oktober 2025. Sinergi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kaltim juga terus diperkuat untuk mengendalikan inflasi melalui strategi 4K.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus berkolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan dan instansi terkait dalam memberikan sumbangsih untuk mendorong perekonomian Kaltim semakin Solid, Resilient dan sustainable.
Diawal sambutannya, Budi menyampaikan bahwa kompleksitas perekonomian global di penghujung tahun 2025 yang masih diliputi ketidakpastian dan tren melambat, salah satunya akibat penerapan tarif resiprokal AS.
Namun demikian, di tengah gejolak tersebut, resiliensi ekonomi Indonesia tetap terjaga. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi nasional pada Triwulan II 2025 sebesar 5,17% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, yang ditopang oleh kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi yang sangat baik.
“Dari sisi stabilitas, cadangan devisa tetap kuat senilai 148,7 miliar dolar AS pada akhir September 2025, dan nilai tukar Rupiah juga terkendali, tercatat sebesar Rp16.608 per dolar AS pada 28 Oktober 2025, yang bahkan menguat 0,43% dibandingkan bulan sebelumnya,” pungkasnya.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan
Tag: Ekonomi Kaltim