
SEBATIK.NIAGA.ASIA – Kegiatan belajar mengajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Furqon, di Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, kembali berjalan pasca pembangunan jembatan darurat yang tidak jauh dari jembatan ambruk akibat banjir, Rabu (05/11/2025) lalu, tapi permasalahannya akses ke jalan ke jembatan darurat cukup sulit pelajar saat berangkat maupun pulang dari sekolah.
Kepala MI Darul Furqon, Adnan Lolo, mengatakan, pembangunan jembatan sementara dikerjakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan bersama Polsek Sebatik dan dibantu masyarakat setempat.
“Lokasi jembatan daruratnya tidak jauh dari dari jembatan yang ambruk, masih satu jalur di RT 14 Desa Sei Limau,” kata Adnan, pada Niaga.Asa, Rabu (19/11/2025).
Pengalihan jalur penyeberangan ini sedikit mempersulit akses menuju sekolah, karena keberadaan jembatan di sekitar perkebunan kelapa sawit, sehingga jalan sangat becek dan licin ketika hujan turun.
Kendati kontur tanah berlumpur, para guru dan murid tetap ke sekolah meski jalan menuju sekolah harus berhati-hati. Tidak jarak anak-anak melepas sepatu dan menggulung celana dan menarik rok untuk menghindari lumpur.
“Begitu pengabdian dan perjuangan guru tanpa batas di perbatasan, kami tiap hari melintasi jalan berlumpur di tengah kebun sawit,” ujar Adnan.
Akibat jalan berlumpur itu juga, banyak murid-murid mengeluh kesulitan ke sekolah, tidak sedikit bahkan tidak masuk sekolah dan memilih membantu orang tuanya bekerja di kebun kepada sawit.
Akses jalan sulit dikhawatirkan menurunkan semangat anak bersekolah, apalagi hampir 90 persen murid MI Darul Furqon merupakan anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia.
“Namanya jalan licin ada saja masalahnya, kadang anak-anak terjatuh, ada juga murid bertanya sampai kapan jalanan begini, bahkan mereka tanpa apakah jembatan tidak dibangun lagi,” terangnya.
Tidak hanya mulai malas ke sekolah, Adnan mengaku mengku setiap hari mendapat kiriman pesan dari orang tua mengeluhkan dan berencana memindahkan anak-anaknya ke sekolah lain yang tentunya lebih aman.
Padahal, lanjut Adnan, MI Darul Furqon selama ini cukup kesulitan mendapatkan murid, terkadang guru-guru rela masuk kamp-kamp perumahan pekerja perkebunan sawit di Malaysia, membujuk agar anaknya mau bersekolah.
“Tiap tahun ajaran baru kami masuk kamp pekerja di Malaysia, minta anaknya diizinkan bersekolah. Perjuangan ini demi masa depan anak bangsa,” terangnya.
Adnan meminta Pemerintah Nunukan segera membangunkan jembatan di lokasi sebelumnya. Selain jalur itu aman dari bahaya hewan liar, jalan di sana sudah dilapisi aspal meski mengalami kerusakan cukup parah.
Pembangunan jalan bermanfaat juga untuk kunjungan tamu-tamu pemerintah pusat dan luar daerah yang sering melihat keberadaan MI Darul Furqon, sebagai sekolah perbatasan yang menampung anak-anak pekerja di Malaysia.
“MI Darul Furqan ini salah satu ikon Sebatik, posisi sekolahnya tepat berada di tapal batas dua negara. Sangat disayangkan kalau tamu-tamu pusat batal ke Sebatik hanya karena jembatan ambruk,” ungkapnya.
Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan
Tag: Pendidikan