Kampung Tenun Jadi Role Model Pengembangan Wisata Kolaboratif

Kampung Wisata Tenun Samarinda. (Foto Pariwisata)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim) terus memperkuat pola kolaborasi berbagai lintas lembaga untuk mengembangkan desa wisata. Salah satu contoh konkret yang saat ini menjadi fokus adalah Kampung Tenun.

Berlokasi di Hos Cokro Aminoto, Baqa, Kecamatan Samarinda Seberang, Kampung Tenun adalah sebuah kawasan budaya yang mendapatkan dukungan berbagai pihak mulai dari Bank Indonesia (BI), pemerintah, hingga akademisi.

Model kolaboratif ini disebut sebagai bentuk untuk mempercepat pengembangan desa wisata di Kaltim yang masih didominasi kategori rintisan dan berkembang.

Dijelaskan Kepala Dinas Pariwisata Kaltim, Ririn Sari Dewi, saat ini terdapat sekitar 105 desa wisata di Kaltim. Namun, belum ada yang mencapai level ‘mandiri’. Karena itu, kolaborasi menjadi strategi untuk mendorong percepatan kualitas desa wisata, baik dari sisi infrastruktur, tata kelola, maupun peningkatan sumber daya manusia (SDM).

“Semua pihak harus berkolaborasi,” ujarnya, Jumat (21/11/2025).

Kampung Tenun menjadi salah satu contoh lokasi yang digarap bersama-sama. Ririn mengatakan bahwa kawasan tersebut telah menjadi perhatian BI, yang turut mendesain berbagai sarana dan prasarana dasar. Dalam prosesnya, Dispar Kaltim masuk pada aspek tata kelola, didukung tim akademisi untuk penguatan organisasi, perumusan visi-misi, hingga pola pengembangan berkelanjutan.

“Kadang kendalanya di tata kelola dan promosi. Makanya kita gandeng akademisi untuk membantu menata struktur, tata kelola, sampai visi-misinya. BI sudah mendesain saprasnya, nanti kita mitigasi apa saja kekurangannya,” jelasnya.

Kolaborasi juga datang dari PLN Nusantara yang rencananya mendukung penyediaan infrastruktur pendukung lainnya. Sementara Dispar Kaltim menyiapkan berbagai program peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan-pelatihan yang lebih masif di tahun depan.

penenun di kampung tenun Samarinda. (Foto Atourin)

Kemajuan desa wisata tidak bisa ditopang oleh satu instansi saja. Karena itu, ke depan pihaknya memperluas kerja sama melalui Memorandum of Understanding (MoU) tidak hanya untuk desa wisata, tetapi juga pelaku ekonomi kreatif, pengelola destinasi, hingga industri pariwisata secara keseluruhan.

“Kalau kerja sendiri itu berat. Tahun depan kita harus lebih kolaboratif,” katanya.

Ia menyebut bahwa Kampung Tenun akan menjadi prototipe model kerja kolaboratif tersebut, sekaligus menjadi rujukan bagi desa-desa wisata lain di Kaltim.

Dengan skema pembagian peran yang jelas antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, serta dukungan berbagai lembaga, Dispar Kaltim menargetkan adanya peningkatan status desa wisata secara bertahap hingga 2029.

“Kita sampaikan untuk bersama-sama. Jadi kita juga merangkul walikota, bupati, dispar kabupaten/kota se-Kaltim,” pungkasnya.

Mengoptimalkan potensi alam dan budaya yang dimiliki oleh desa-desa di Kaltim adalah salah satu fokus utama dari Program ‘JosPol’ selama pemerintahan Rudy-Seno.

Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | Advertorial Diskominfo Kaltim

Tag: