Restorative Justice Jadi Solusi Atasi Konflik Guru dan Murid di Era Digital

Gubernur Rudy Mas’ud saat membacakan pidato Mendikdasmen RI dalam upacara peringatan Hari Guru Nasional 2025. (Adpim Pemprov Kaltim/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Gubernur Rudy Mas’ud mengungkapkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) tidak ingin kasus-kasus guru yang diviralkan di media sosial berujung pada kriminalisasi tanpa proses yang adil.

Pernyataan itu disampaikan sebagai respons atas maraknya kejadian guru di Indonesia yang menjadi korban sasaran viral di media sosial, seperti kasus di Luwu yang viral karena seorang guru meminta iuran untuk membayar gaji honorer lalu dipecat.

Kemudian kasus-kasus lain ketika para murid memviralkan guru hanya karena cubitan atau tindakan kedisiplinan yang seharusnya tidak perlu sampai ke ranah hukum.

“Tadi sudah disampaikan. Berdasarkan kerja sama antara Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) dan Kapolri, guru akan mendapatkan restorative justice dalam kegiatan belajar-mengajar yang terjadi di sekolah,” ujarnya, Selasa (26/11/2025).

Nota kesepahaman antara Mendikdasmen dan Kapolri memberikan payung penyelesaian damai (restorative justice) bagi guru-guru yang berhadapan dengan murid, orang tua, atau LSM terkait tindakan dalam rangka menjalankan tugas mendidik.

Kebijakan ini dinilai sangat penting di tengah tren digital saat ini, di mana satu potongan video dapat memicu salah paham publik dan menekan psikologis guru.

“Guru-guru ini adalah penjaga moral anak-anak kita. Mereka yang membentuk karakter. Kalau ingin hidupnya dimuliakan, maka muliakanlah guru-guru kita,” tegasnya.

Ia menilai, di era digital dan kehidupan sosial yang semakin hedonis serta materialistis, tekanan yang dialami guru semakin berat. Tuntutan masyarakat tinggi, apresiasi rendah, sementara mereka harus berhadapan dengan persoalan sosial, budaya, moral, hingga hukum.

Beberapa guru bahkan mengalami tekanan material, sosial, mental, dan berhadapan dengan Aparat Penegak Hukum (APH) karena persoalan yang seharusnya bisa diselesaikan dengan komunikasi.

“Kondisi seperti itu harus diakhiri. Guru harus tampil percaya diri dan berwibawa dihadapan murid,” katanya.

Selain itu, peran guru sebagai agen peradaban dinilai Rudy Mas’ud semakin penting karena kompleksitas masalah yang dihadapi murid saat ini, mulai dari persoalan akademik, moral, spiritual, ketergantungan gawai, judi online, hingga masalah ekonomi dan keharmonisan keluarga. Karena itu, perlindungan terhadap profesi guru menjadi kebutuhan mendesak.

Rudy juga mengimbau masyarakat, terutama orang tua, untuk tidak mudah menghakimi guru berdasarkan potongan video atau angka-angka penilaian semata.

“Tanggung jawab pendidikan pertama dan utama itu ada pada orang tua dan keluarga. Beri kesempatan kepada guru-guru kita untuk menjalankan tugas terbaiknya,” tegasnya.

Kepada para murid, ia kembali mengingatkan lima nasihat Presiden Prabowo Subianto, yakni belajarlah dengan baik, cintai orang tua, hormati guru, rukun dengan teman, serta cintai tanah air dan bangsa.

Tak lupa, Rudy Mas’ud menyampaikan terima kasih kepada para guru atas dedikasi yang tidak ternilai selama ini.

“Teruslah mengabdi. Di tanganmu kualitas sumber daya manusia dan masa depan bangsa,” pungkasnya.

Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | Advertorial Diskominfo Kaltim

Tag: