
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, dr. Andi Satya Adi Saputra, menyatakan bahwa fasilitas kesehatan di Kalimantan Timur (Kaltim), secara umum cukup siap jika pemerintah pusat memutuskan provinsi ini menjadi lokasi uji coba vaksin tuberkulosis (TBC) hasil kerja sama Indonesia dan Gates Foundation.
“Kalau soal fasilitas, saya rasa Kaltim bisa saja. Dengan catatan, selama semua tahapan dan prosedurnya jelas serta aman, tentu itu memungkinkan,” ujarnya kepada Niaga.Asia, Senin (19/5).
Menurutnya, penentuan wilayah uji coba tentu tak bisa dilakukan secara sembarangan. Ia menjelaskan bahwa secara epidemiologis, uji coba vaksin akan lebih tepat dilakukan di daerah yang memiliki prevalensi TBC tinggi. Karena itu, peluang Kaltim tergantung dari data dan pemetaan kasus yang dimiliki oleh pemerintah pusat.
“Biasanya akan dilihat dulu mana provinsi dengan angka TBC yang tinggi. Kalau Kaltim termasuk, maka peluang kita untuk jadi lokasi uji coba itu ada. Tapi semua kembali ke data dan hasil analisis ahli,” jelas politisi yang juga berlatar belakang dokter itu.
Meski demikian, ia mengaku bahwa pihaknya maupun pemerintah daerah belum menerima petunjuk teknis resmi dari pemerintah pusat terkait rencana uji coba vaksin di daerah.
“Kita belum tahu seperti apa juknis dari Presiden. Tapi saya yakin, nanti akan ada koordinasi antara Kemenkes, BPOM, dan Gates Foundation dalam menentukan lokasi yang paling tepat,” terangnya.
Andi juga menekankan agar masyarakat tidak khawatir terhadap rencana uji coba vaksin ini. Menurutnya, tujuan utama program ini adalah peningkatan kesehatan masyarakat.
“Kita tidak perlu antipati terhadap program ini. Kalau berhasil, ini akan berdampak luas dan menyelamatkan banyak jiwa, termasuk warga Kaltim,” tegasnya.
Kasus TBC di Kaltim
Untuk diketahui, berdasarkan data capaian notifikasi TBC nasional per Desember 2024 yang dirilis Kementerian Kesehatan, Kaltim diperkirakan memiliki 21.686 kasus TBC, namun baru sekitar 54 persen yang berhasil ditemukan dan dilaporkan ke sistem nasional.

Capaian ini menempatkan Kaltim di bawah rata-rata nasional (80 Persen) dan jauh dari target pemerintah (90 persen). Artinya, hampir separuh kasus TBC di Kaltim belum terdeteksi atau belum dilaporkan secara resmi.
Selain itu, capaian ini menempatkan Kaltim dalam kelompok provinsi dengan notifikasi rendah, bersama Kepulauan Riau sekitar 53 persen dari perkiraan 13.756 kasus, Bengkulu sekitar 46 persen dari perkiraan 7.772 kasus, serta Papua Pegunungan sekitar 26 persen dari perkiraan 5.743 kasus.
Kemudian dalam hal pengobatan (treatment enrollment), Kaltim juga belum mencapai target nasional. Untuk TBC Sensitif Obat (SO), cakupan pengobatan Kaltim hanya 88 persen, masih di bawah target nasional 100 persen.
Untuk TBC Resisten Obat (RO) yang lebih berbahaya dan memerlukan pengobatan khusus, Kaltim hanya mencatat 53 persen, jauh dari target nasional 90 persen. Kaltim bahkan termasuk sebagai provinsi dengan capaian pengobatan RO terendah.
Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | ADV DPRD Kaltim
Tag: KesehatanTBC