
SAMARINDA,NIAGA.ASIA – Zaman orang tidak serba terburu-buru, naik kapal ke Ulu Mahakam adalah pilihan utama dan menyenangkan. Sepanjang perjalanan menyusuri sungai Mahakam, penumpang kapal bisa melihat berbagai kampung di pinggir sungai, kerindangan pinggir sungai, bahkan bila beruntung bisa melihat ikan pesut.
Tidak hanya itu, salah satu kenikmatan naik kapal sungai adalah, bisa makan bersama ibaratnya satu keluarga dengan penumpang lainnya, sehabis makan merokok di atas kapal, atau saling berbagi cerita dengan sesama penumpang. Nikmat lainnya naik kapal adalah badan tidak pegal-pegal karena terbanting-bating seperti naik angkutan darat.
Dalam 10 tahun terakhir, dimana orang serba ingin cepat, naik kapal sungai tidak lagi pilihan utama ke Ulu Mahakam. Masyarakat lebih memilih angkutan darat, naik mobil carteran atau mobil travel. Sekarang kapal ke Ulu Mahakam, dari Samarinda lebih banyak mengangkut barang dibandingkan penumpang.
Meski demikian, bagi masyarakat berpengasilan pas-pasan dari berbagai kampung terpencil di Ulu Mahakam, naik angkutan sungai masih jadi pilihan pertama, karena lebih murah dibandingkan naik mobil carteran.
Dari Melak ke Samarinda misalnya, harga tiket kapal untuk orang desawa hanya Rp160 ribu, sedangkan barang bawaan atau anak yang dibawa umurnya masih di bawah 10 tahun tidak dikenakan biaya. Selama di kapal, penumpang juga disediakan alas tidur busa dan jadi meriah bisa saling bercerita sambil tidur-tiduran.
Nakhoda KM Barokah 08 yang melayani rute Samarinda-Melak, Agus, menjelaskan, waktu tempuh dari Samarinda ke Melak lebih kurang 20 jam. Berangkat dari Samarinda pada jam 7:00 pagi dan sampai di Melak sekitar jam 4:00 atau 5:00 subuh.
“Lamanya perjalanan ditentukan oleh sebarapa banyak kapal membawa barang. Makin berat barang yang dibawa, lebih lambat jarak yang bisa ditempuh setiap jam,” ungkapnya.
Tarif yang dikenakan kepada pemilik barang, beragam, ada yang berdasarkan berat barang, tapi ada pula besar kecilnya tempat barang yang dikirim. Barang yang dikirim pedagang ke Ulu Mahakam menggunakan kapal, sangat beragam, dari sembako, suku cadang kendaraan bermotor, olie dan lain sebagainya.
“Kapal memiliki batasan dalam mengangkut barang dan orang. Maksimal 45 ton termasuk penumpang. Kapal tidak boleh melebihi batas muatan yang ditentukan oleh Dinas Perhubungan,” kata Agus pada Niaga.Asia di Pelabuhan Sungai Kunjang, Rabu (20/3/2024).

Pengaruh cuaca
Menurut Agus, pelayaran di sungai Mahakam, juga terpengaruh perubahan iklim atau cuaca. Faktor cuaca, paling berpengaruh di angkutan sungai, misalnya kabut, saat musim hujan, sungai juga ada gelombangnya.
“Sungai Mahakam bisa bergelombang tinggi saat hujan deras, sehingga membahayakan pelayaran,” ungkapnya.
Hambatan lain yang harus diperhatikan nakhoda, lanjut Agus, adalah sedimen di sungai. Tingginya sedimentasi membuat alur pelayaran menjadi dangkal.
“Apabila tidak hapal mana alur yang dangkal dan hati-hati kapal bisa kandas,” sambungnya.
Agus menjelaskan harga tiket KM Barokah dari Samarinda ke Melak Rp160.000 per orang. Harga tersebut sudah termasuk biaya barang bawaan yang tidak terlalu banyak, anak-anak di bawah 10 tahun tidak dihitung.
Dalam perjalanan ke Melak, kapal mampir di Tenggarong untuk mengambil penumpang dan melapor di pos Dishub Kukar, baru melanjutkan perjalanan ke Melak.
“Saya Cuma melayani rute Melak-Samarinda (PP) sebanyak 2 kali dalam sebulan,” kata Agus.
Salah seorang penumpang kapal KM Barokah tujuan Melak, Elvina, mengatakan, ia warga Muara Asa, Kutai Barat, naik kapal kembali ke kampunganya setelah memeriksa dan sekaligus mengobati matanya yang bermasalah di sebuah rumah sakit di Samarinda.
“Saya gangguan penglihatan yang cukup serius dan membutuhkan penanganan medis lebih lanjut, maka saya ke Samarinda,” ujarnya.

Menurut Elvina yang dalam perjalanan dikawal ibunya, sebelum naik kapal besar yang membawanya ke Samarinda, dia bersama ibunya, dari desa harus naik perahu kecil terlebih dahulu lebih kurang 6 jam.
“Saya ke rumah sakit untuk periksa mata,” katanya sambil menyebut nama sebuah rumah sakit.
Meski naik kapal sungai tidak secepat angkutan darat, bagi masyarakat di Ulu Mahakam naik angkutan sungai ke Samarinda, masih jadi pilihan utama, sebab ongkosnya masih lebih murah dibandingkan naik mobil carteran.
Kisah Elvina menunjukkan bahwa akses ke layanan kesehatan di Ulu Mahakam masih tertinggal, terutama bagi masyarakat yang tinggal di kampung-kampung terpencil. Untuk dapat layanan kesehatan yang lengkap, berkualitas, masyarakat masih harus keluar uang jutaan rupiah, karena masih harus ke Samarinda.
Penulis: Yuliana Ashari I Editor: Intoniswan
Tag: Angkutan Sungai