
BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA – Angka prevalensi stunting (bayi dengan ukuran tubuh pendek akibat kurang gizi) di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) taqhun 2022 mengalami kenaikan menjadi 23,9 persen, atau meningkat 1,1 persen ketimbang prevalensi 2021 yang sebesar 22,8 persen.
Kenaikan tersebut berdasarkan hasil survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan telah dirilis secara resmi beberapa waktu lalu.
Menyikapi perihal kenaikan tersebut, Gubernur Kaltim Isran Noor mengaku masih ingin memperdalam lagi hasil survei itu. Dengan melakukan survei ulang menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Hal itu disampaikan Isran saat membuka Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kaltim terkait program Bangga Kencana serta percepatan penurunan stunting di Kaltim Tahun 2023 di Grand Senyiur Hotel Balikpapan, Jumat (10/3).
“Hasil survei Kementerian Kesehatan itu angka stunting Kaltim naik 1,1 persen. Bagaimana ceritanya ini. Saya akan lakukan survei ulang menggunakan dana APBD. Kita ingin tau aja, kenapa bisa naik,” kata Isran.
Keinginan orang nomor satu di lingkungan Pemerintah Provinsi Kaltim itu untuk survei ulang bukan tanpa dasar. Menurutnya setelah diamati daerah di Kaltim yang potensi kesejahteraannya bagus justru stuntingnya naik, sebaliknya darah yang jauh seperti di Mahulu angkanya turun.
`Bukan hanya itu, Privinsi Kaltim ini dari tujuh indikator dan angka kesejahteraan lima diantaranya sudah dicapai. Seperti pendapatan perkapita nomor dua di bawah DKI, indeks pembangunan manusia sudah di papan atas, tingkat kemiskinan juga jauh dari nasional.
“Indikator dan angka kesejahteraan kita ini sudah bagus, tapi kok angka stunting malah tambah naik. Bukannya tidak percaya hasil survei SSGI yang dilakukan oleh Kemenkes, hanya saja ini perlu diperdalam lagi,” pungkasnya.
Penulis: Heri | Editor: Intoniswan | Advetorial Diskominfo Kaltim
Tag: Stunting