Hasil Uji Sampel Menu MBG di Sebatik Tengah Ditemukan Cemaran Bakteri

Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Nunukan, Miskia. (Budi Anshori/niaga.asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA — Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes-PPKB) Nunukan menerima hasil uji laboratorium dari BPOM Tarakan, terkait pemeriksaan menu Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang diduga jadi penyebab keracunan puluhan pelajar di pulau Sebatik, Selasa 30 September 2025 lalu.

“Hasilnya uji mikrobiologi sudah diterima. Dari 5 sampel dikirim yakni nasi putih, semangka, telur balado, tahu balado, tumis wortel dan sawi, tidak ditemukan cemaran kimia berbaya,” kata Kepala Dinkes PPKB Nunukan, Miskia, kepada niaga.asia, Jumat 17 Oktober 2025.

Meski tidak ditemukan kimia berbahaya, namun dari uji mikrobiologi BPOM Tarakan mengindikasikan menu MBG tidak memenuhi syarat sebagaimana Permenkes Nomor 2 Tahun 2023 dan Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019.

Di mana sampel pangan menu MBG itu terindikasi mengandung cemaran bakteri Bacillus Cereus yang dapat menyebabkan gejala nyeri perut, mual, muntah dan kadang diare, terhadap orang yang mengonsumsinya.

“Tidak berbeda dengan hasil pemeriksaan mikrobiologi dari BBLKM Surabaya, Dari tiga spesimen muntahan dan 1 spesimen feses/tinja dari korban, semua mengandung bakteri Staphylococcus Aureus,” sebut Miskia.

Di menerangkan, munculnya bakteri Bacillus Cereus pada menu MBG yang dikelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Bina Pendidikan Yatim, Kecamatan Sebatik Tengah, bisa disebabkan oleh beberapa faktor.

Seperti penyiapan makanan masak oleh SPPG pada suhu ruang tang tidak sesuai, penyimpanan dalam wadah besar dalam alat pendingin atau kulkas, hingga menyentuh makanan matang atau pada suhu bangat (suku inkubasi bakteri).

Termasuk pula penyiapan makanan lebih dari 4 jam sebelum dikonsumsi penerima MBG, pemanasan kembali makanan sisa yang tidak mencukupi, serta fermentasi makanan berasam rendah tak normal.

“Banyak hal penyebab bakteri. Misalnya menggunakan kipas angin untuk pendinginan makanan, tata cara pembersihan dan penyimpanan ompreng tidak memenuhi syarat juga bisa memicu terjadinya bakteri,” jelas Miskia.

Terhadap hasil uji sampel yang menyimpulkan adanya bakteri, Dinkes PPKB Nunukan meminta SPPG Sebatik Tengah untuk mengikuti pelatihan keamanan pangan siap saji, sebagai upaya meningkatkan pengetahuan terkait pengelolaan makanan dari awal pemilihan bahan baku, sampai dengan penyajiannya.

SPPG juga diminta melakukan pemeriksaan kesehatan bagi para penjamah atau pekerja makanan, melalui koordinator Badan Gizi Nasional (BGN) Provinsi Kalimantan Utara dan Mitra dapur SPPG Yayasan Bina Pendidikan Yatim Sebatik.

“SPPG Yayasan Bina Pendidikan Yatim ditutup sementara dan diminta segera melengkapi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS),” tegas Miskia.

Dinkes PPKB Nunukan bersama petugas Puskesmas setempat, akan terus melakukan pengawasan, memberikan saran serta pendampingan kepada semua SPPG yang ada di Kabupaten Nunukan.

Miskia juga meminta Tim Satgas MBG Kabupaten Nunukan agar penambahan jumlah kuota rekanan dapur SPPG tetap menyesuaikan kondisi di lapangan, termasuk untuk luasan dapur dan jarak tempuh antara SPPG dan sekolah.

“Pelaksanaan MBG harus menyesuaikan Standar Operasional Prosedur (SOP) keamanan pangan siap saji,” demikian Miskia.

Penulis: Budi Anshori | Editor: Saud Rosadi

Tag: