IDAI Kaltim Turun ke Lapangan Deteksi Tumbuh Kembang Anak

Ketua IDAI Kaltim, Diane Meytha Supit, diacara penyuluhan deteksi dini gangguan tumbuh kembang, khususnya stunting di Puskesmas Lok Bahu, Kecamatan Sungai Kunjang, Samarinda, Sabtu (9/8). (Niaga.Asia/Lydia Apriliani)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kalimantan Timur (Kaltim) melanjutkan rangkaian kegiatan Pediatric Social Responsibility (PSR) dengan menggelar bakti sosial dan skrining tumbuh kembang anak, khususnya stunting  di Puskesmas Lok Bahu, Kecamatan Sungai Kunjang, Samarinda, Sabtu (9/8).

Kegiatan ini merupakan hari kedua setelah sebelumnya, pada Jumat (8/8),  melaksanakan penyuluhan untuk kader-kader di Gedung PKK Kaltim jalan Muhammad Yamin Samarinda.

Dijelaskan Ketua IDAI Kaltim, Diane Meytha Supit, penyuluhan kepada kader bertujuan memperkuat pengetahuan dan keterampilan mereka dalam deteksi dini gangguan tumbuh kembang, khususnya stunting.

“Kader adalah garda terdepan yang langsung berhubungan dengan ibu hamil, ibu menyusui, dan orang tua bayi balita. Mereka harus benar-benar paham bagaimana cara membaca buku KIA, mengukur berat dan tinggi badan anak dengan benar, agar data yang diperoleh akurat,” ujarnya.

“Salah ukur bisa membuat anak yang tidak stunting tercatat stunting, atau sebaliknya. Data yang akurat penting untuk penanganan yang tepat. Jadi, deteksi dengan cepat dari Posyandu itu perlu dilakukan, agar bisa segera dirujuk ke Puskesmas untuk penanganan lebih lanjut,” tambahnya.

Bakti Sosial Pediatric Social Responsibility IDAI Kaltim di Puskesmas Lok Bahu, Kota Samarinda, Sabtu (9/8), fokus skrining dan edukasi cegah stunting sejak dini. (Niaga.Asia/Lydia Apriliani)

Pada hari kedua, Sabtu (9/8) fokus kegiatan adalah skrining perkembangan dan tumbuh kembang anak, yang dilakukan serentak di 10 kabupaten/kota di Kaltim. Lokasi Puskesmas Lok Bahu dipilih menjadi pusat kegiatan kata Diane, karena memiliki jumlah balita stunting cukup tinggi, dengan cakupan lebih dari 2.000 anak.

“Hari ini di Lok Bahu ada sekitar 100 anak yang diskrining ulang. Harapannya, kami bisa mendeteksi dan mencegah stunting sedini mungkin, serta memberikan penanganan cepat bagi yang memerlukan,” jelasnya.

Program ini didukung oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang ada di Kaltim, tenaga medis Puskesmas, dan dokter spesialis anak dari IDAI. Beberapa daerah pelosok, termasuk Mahakam Ulu yang selama ini belum memiliki dokter spesialis anak, juga mendapatkan layanan melalui program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS).

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Samarinda, Rudy Agus Riyanto, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas profesi untuk mempercepat penurunan angka stunting.

“PSR ini bukan hanya sekali dilakukan. Tahun lalu pun sudah ada, meski skalanya lebih kecil. Tahun ini ada penguatan, mulai dari pelatihan kader soal ASI, MPASI, imunisasi, hingga skrining balita. Kami ingin kegiatan seperti ini rutin, agar deteksi masalah tumbuh kembang bisa dilakukan sejak dini,” kata Rudy.

Menurutnya, angka stunting di Samarinda saat ini berada di 20,2 persen. Target penurunan hingga 2029 adalah 18,3 persen, sedikit di bawah target nasional 19 persen.

“Kalau jalannya seperti ini, saya optimis bisa turun lebih cepat. Tapi Dinas Kesehatan tidak bisa bekerja sendiri. Peran media juga besar untuk mengedukasi masyarakat,” tegasnya.

Kegiatan PSR IDAI Kaltim diharapkan mampu memperluas jangkauan layanan kesehatan anak, terutama di daerah-daerah dengan angka stunting tinggi, sekaligus membangun ketahanan kesehatan masyarakat demi masa depan generasi yang lebih sehat dan kuat.

Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan

Tag: