
KRAYAN.NIAGA.ASIA – Distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) kebutuhan masyarakat dan mesin pembangkit listrik milik PT PLN terganggu akibat ambruknya jembatan penghubung sungai Bode, Desa Budung, Kecamatan Krayan Selatan, Kabupaten Nunukan.
Tidak hanya itu, Camat Krayan Selatan Oktavianus Ramli menambahkan, jembatan sungai Bode menjadi akses penghubung masyarakat menuju SMAN 1 Krayan Selatan dan transportasi jalur darat menuju tujuh desa di sekitarnya.
“Tanggal 12 Juli 2024 lalu terjadi hujan deras mengakibatkan banjir hingga menghancurkan jembatan sungai Bode dan akses jalan lingkar,” kata Oktavianus Ramli pada Niaga.Asia, Kamis (18/07/2024).
Ambruknya jembatan yang terbuat dari kayu log menyebabkan arus transportasi kendaraan roda empat dan dua terkendala, sehingga distribusi penyalurannya 1 ton BBM pertalite untuk APMS Krayan Selatan dipindahkan di kantor camat.
Selain mengganggu distribusi BBM subsidi, rusaknya jembatan sungai Bode, Desa Long Budung menyulitkan bagi anak-anak menuju sekolah. Pihak kecamatan bersama masyarakat berinisiatif membuat jembatan darurat seadanya.
“Ada kami buat jembatan darurat untuk anak-anak sekolah, tapi kondisinya sangat bahaya tidak mungkin bisa bertahan lama dengan material seadanya,” sebutnya.
Putusnya jalan berdampak pula terhadap penerangan listrik PLN karena distribusi BBM dipastikan ikut terhambat. Untuk itu, Oktavianus meminta Provinsi Kalimantan Utara dan Kabupaten Nunukan segera mengambil tindakan.
Dampak lain dari putusnya jembatan sungai Bode adalah terganggunya pengiriman barang – sembako dan kebutuhan lainnya masyarakat yang berdomisili di tujuh desa yaitu, Desa Long Pasia, Desia Liang Lunuk, Desa Pa’ Kaber, Desa Long Birar, Desa Pa’ Ibang, Desa Pa’ Amai dan Desa Pa Upan.
“Posisi kelompok desa – desa itu berada di hilir atau di seberang jembatan sungai Bode,” tambahnya.
Oktavianus menerangkan, jembatan sungai Bode yang dibangun 5 tahun adalah akses satu-satunya penghubung antara pusat kecamatan dengan 7 desa dibagian hilir, keberadaan jembatan sangat menentukan bagi kehidupan masyarakat di sana.
Perputaran ekonomi masyarakat mulai mengalami kendara sejak ambruknya jembatan, belum lagi terdapat longsor di sekitar poros jalan lingkar penghubung dari Krayan Selatan menuju Krayan induk dan Krayan Tengah.
“Kantor PLN ada di bagian hilir Kecamatan Krayan Selatan, kalau jalan longsor dan jembatan amruk pasti kesulitan kendaraan pengangkut BBM solarnya masuk,” terangnya.
Sulitnya akses transportasi menuju 7 desa akan berdampak pada naiknya harga barang-barang kebutuhan masyarakat. Pemilik barang atau pedagang pasti meminta penambahan ongkos pengiriman barang antara Rp 5.000 sampai 10.000
Terhadap persoalan ini, Oktavianus mengaku telah menyampaikan kondisi darurat dan membahayakan kepada Pemerintah Kabupaten Nunukan. Diharapkan ada perhatian serius dan tindakan cepat mengatasi masalah di lapangan.
“Kasihan anak-anak sekolah kesulitan melintasi jalan, ekonomi ikut terhambat, BBM juga terganggu dan bisa-bisa 7 desa di sana gelap gulita karena PLN kehabisan BBM,” tutupnya.
Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan
Tag: Infrastruktur