
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Di Tengah ketidakpastian ekonomi Global, Bank Indonesia merespon dengan Ekspansi likuiditas moneter dan makroprodisian longgar terus diperkuat untuk menurukan suku bunga, meningkatakan likuiditas mendorong kredit/pembiayaan bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Sejalan dengan ekonomi dengan menjaga rendahnya prakiraan inflasi 2025-2026 dalam sasaran 2,5+- 1
“Kebeijakan moneter pro-growth dan stability, ditunjukkan dengan menurunkan BI Rate 125 bps, atau dari 6,25% menjadi 4,75% setahun terakhir sejak September 2024. Tujuannya untuk mendukung ekspansi likuiditas moneter,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur, Budi Widihartanto dihadapan 20 wartawan ekonomi dan keuangan Kaltim peserta Capacity Building (CB) Wartawan Kaltim 2025 di Batam, Jum’at (26/9/2025).
Dalam kegiatan CB ini, BI Kaltim juga mengundangkan Wakil Pemimpin Redaksi IDN Time, Umi Kalsum sebagai narasumber dengan menyampaikan materi tentang teknik-teknik bagimana menerjemahkan data ekonomi penjadi tulisan yang mudah dipahami pembaca dan membuat tulisan yang membangun optimisme di bidang perekonomian.

Menurut Budi, meski Nilai Tukar Rupiah terhadap dolar AS pada September 2025 (hingga 16 September 2025) menguat sebesar 0,30% (point to point) dibandingkan dengan level akhir agustus 2025, tapi masih fluktuasinya masih dalam batas normal, sehingga tidak perlu panik menghadapinya.
Untuk menjaga pertumbuhan tetap dikisaran 5%, beberapa upaya telah ditempuh oleh Bank Indonesia melalui bauran kebijakan, dengan mendorong kebijakan moneter yang pro-stabilitas (pro-stability) dan Pro- Growth, serta kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran yang pro-pertumbuhan (pro-growth). Kebijakan moneter ditempuh Bank Indonesia melalui penurunan suku bunga BI-Rate, stabilisasi nilai tukar Rupiah, dan ekspansi likuiditas moneter.
“Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah terus diperkuat dengan intervensi di pasar off-shore melalui Non-Deliverable Forward (NDF) dan intervensi di pasar domestik melalui pasar spot (pasar tunai), Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian SBN di pasar sekunder. Kebijakan ekspansi likuiditas melalui penurunan posisi instrumen moneter SRBI dari Rp916,97 triliun pada awal tahun 2025 menjadi Rp716,62 triliun pada 15 September 2025,” pungkas Budi.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan
Tag: Bank Indonesia