
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Langkah kaki rombongan Komisi III DPRD Kota Samarinda terdengar mantap saat memasuki atrium Bigmall jalan Untung Suropati, Karang Asam Ulu, Sungai Kunjang pada Selasa sore (22/7). Rombongan dipimpin langsung Ketua Komisi III Deni Hakim Anwar dari Fraksi Gerindra.
Mereka melakukan inspeksi mendadak (sidak) untuk melihat langsung titik-titik lokasi yang terbakar ludes. Dalam waktu 1 bulan terakhir, kebakaran ini kembali mencoreng wajah pusat perbelanjaan terbesar di Samarinda itu.
Didampingi Wakil Ketua Komisi III dari Fraksi PKS, Arif Kurniawan dan anggota lain seperti Abdul Rohim, Romadhony Putra Pratama, dan Jasno serta Achmad Sukamto. Turut hadir juga mendampingi, Kepala Dinas Damkar Kota Samarinda Hendra AH.
Dari pantauan Niaga.Asia, rombongan terlihat menyusuri lantai demi lantai, melihat tenant-tenant yang masih beroperasi, sembari terus bertanya soal penyebab dan langkah antisipasi dari pihak manajemen.
“Kita ini tadinya supporting, ini kan pusat ekonomi kota. Tapi keselamatan tidak bisa diabaikan. Apalagi kejadian sudah dua kali. Yang kedua ini kita kaget juga,” ucap Deni, menatap serius ke arah General Manager Bigmall, Tumpal MP Silalahi.
Ketegangan mulai terasa saat Abdul Rohim menyela, “Yang kedua ini apa penyebabnya, Pak? Apa dipakar lagi?” tanyanya sedikit menyinggung. “Oh, ini musibah, Pak,” jawab Tumpal, mencoba menjelaskan bahwa insiden bukan faktor kesengajaan pihak manajemen.
Deni lalu menekankan maksud utama sidak hari itu. Menurutnya, rombongan komisi III ini sebenarnya hanya ingin memastikan terkait korsleting yang diduga menjadi penyebab terjadinya kebakaran pertama dan kedua.
“Kita ingin memastikan apakah benar-benar aman lantai 1 dan 2 yang sekarang sudah dibuka. Sudah ada jaminan tidak terjadi lagi?,” tanyanya. Di tengah sidak, salah satu anggota rombongan spontan berkata, “Oh ini aman? Nanti kita kejatuhan pula.”
Respons cepat datang dari manajemen, “Aman, Pak. Aman.”
Namun Deni menegaskan bahwa sekadar klaim saja tak cukup untuk menenangkan masyarakat. “Sebagai wakil rakyat, kita harus lihat langsung. Apalagi kita dengar, saat mall dibuka, lampu mati lima-enam kali. Itu harus ditelusuri.”
Tumpal menjelaskan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan PLN. “Mereka sudah datang dan cek. Mati-nyala itu dari PLN,” jelasnya.
Wakil Ketua Komisi III Arif Kurniawan pun langsung meminta pihak manajemen untuk melakukan antisipasi melalui simulasi rutin. Baik pada saat mall kosong maupun banyak orang.
“Jangan hanya saat kosong, tapi juga saat mall ramai. Kita harus lihat jalan tidaknya sprinkler, apar, dan alarm. Kita buktikan itu dulu,” tegasnya.

Hal tersebut kemudian disambut usulan dari Deni dan salah seorang anggota rombongan, keduanya meminta agar simulasi sebaiknya melibatkan DPRD.
“Kita ingin tahu semua sistem benar-benar berfungsi. Jangan sampai seperti video yang beredar, saat kebakaran kemarin tak terlihat ada tim yang sigap.”
Abdul Rohim kemudian mengingatkan kembali soal rekomendasi yang sebelumnya tidak ditindaklanjuti. Menurutnya, ini hal penting yang harus dibahas bersama manajemen Bigmall Samarinda.
“Ini jauh lebih penting daripada simulasi. Kami sudah beri rekomendasi. Tapi tidak di follow up. Setelah kejadian belum ada penyelesaian secara komprehensif, Bigmall beroperasi dan malah ada kebakaran kedua. Itu bisa disebut kelalaian. Kalau kejadian ketiga terjadi lagi, kami dorong audit total, bahkan penutupan permanen jika terbukti lalai saat proses investigasi.”
Polemik lain mencuat saat membahas dasar dibukanya kembali tenant di lantai bawah. Deni bertanya tegas, “Dasar operasionalnya apa? Hasil forensik belum keluar, tapi sudah buka.”
Tumpal berdalih, “Ini permintaan tenant-tenant, Pak. Mereka harus hidup. Jadi kami buka, walau hasil forensik belum keluar. Itu motivasi kami membukanya lagi.”
Deni merespons dengan nada serius. “Tapi apakah ada izin dari kepolisian? Karena ini kan ada kaitannya dengan keamanan. Pasti kan kemarin kepolisian memberikan catatan.”
“Belum selesai (forensik), Pak. Mereka hanya ambil sampel dan belum balik. Kepolisian memang enggak mengeluarkan izin apapun,” akui Tumpal.
“Jadi belum ada hasil, tapi sudah dibuka,” ulang Deni, menegaskan pertanyaan tersebut.

Masalah izin pun semakin rumit saat Arif menyinggung event kuliner ‘Taste of Thai & Friends’ yang disebut-sebut sempat dilarang kepolisian.
“Itu EO yang urus, Pak. Tempatnya juga di luar, dekat sungai,” jawab Tumpal.
Dari lokasi kebakaran pertama di atrium, sidak kemudian berlanjut ke lokasi kedua di tenant baju Origin. Saat itu, Arif kembali menekankan perlunya audit menyeluruh sistem kelistrikan. “Kalau tidak, bisa terjadi kebakaran ketiga atau keempat. Semua area harus dievaluasi terkait instalasinya,” ujarnya.
Rombongan lalu menuju lokasi plafon yang ambruk. Manajemen sempat menjelaskan bahwa ambruknya plafon disebabkan oleh air pemadaman kebakaran yang merembes ke struktur gipsum.
“Kalau gipsum kena air, pasti jadi bubur dan ambruk, Pak. Tapi area saat itu sudah kami kosongkan dan partisi sudah dipasang,” terang Tumpal.
Namun Deni kembali menyoroti satu poin krusial, “Yang jadi soal itu, area bawah buka, hasil forensik belum keluar.”
Untuk diketahui, kebakaran pertama di Bigmall terjadi pada Selasa (3/6) pukul 00.05 WITA, sementara kebakaran kedua terjadi Kamis (17/7) pukul 06.00 WITA. Sementara plafon ambruk dilaporkan pada Sabtu (19/7). Serta teranyar, pemadaman listrik terjadi hingga empat kali pada Senin sore menjelang magrib (21/7).
Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan
Tag: BigmallKebakaran