
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Konstruksi baru SMA Negeri 4 Samarinda di Rapak Dalam, Kecamatan Loajanan Ilir yang dimulai pada tahun 2026 mendatang, diusulkan Sekretaris Komisi IV DPRD Kaltim, HM. Darlis Pattalongi, seperti rumah panggung sebab, kawasan dimana sekolah berada masih rawan banjir.
Bangunan baru nanti menggunakan konsep rumah panggung sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi geografis dan hidrologis kawasan Rapak Dalam, yang kerap terdampak banjir. Konsep ini juga dianggap sebagai upaya pelestarian kearifan lokal masyarakat Samarinda.
Wakil Gubernur Seno Aji pun menyampaikan bahwa rencana pembangunan SMA Negeri 4 memang menjadi prioritas pemerintah daerah karena telah lama tertunda.
“Beberapa waktu yang lalu tidak terbangun-bangun. Jadi kita akan buat nanti SMAN 4 terbangun,” ujarnya di Kantor Gubernur jalan Gajah Mada Samarinda, Rabu (2/7).
Menurut orang nomor dua di Kaltim tersebut, pembangunan fisik akan dilaksanakan pada 2026 dan tahun ini pekerjaan erencanaan.
“Kemungkinan begitu (rumah panggung). Saya belum melihat rencana detailnya, sedang direncanakan. Nanti kalau sudah direncanakan saya kasih tahu,” jelasnya.
Dorongan kuat agar bangunan SMAN 4 dapat dibangun dengan pola serupa rumah panggung datang dari Sekretaris Komisi IV DPRD Kaltim, HM. Darlis Pattalongi. Sebagai seorang alumni, ketua komite sekolah, dan masyarakat sekitar, ia menilai kondisi SMAN 4 Samarinda saat ini sudah sangat tidak layak dan membutuhkan perhatian total pemerintah provinsi.
Dijelaskannya, pertambahan jumlah penduduk memperparah intensitas banjir di kawasan tersebut. Maka, pembangunan ulang menjadi satu-satunya solusi. Namun demikian, Darlis menegaskan agar pembangunannya tidak dilakukan dengan cara menimbun lahan, melainkan menggunakan konsep bangunan panggung.
Bangunan panggung permanen dengan tiang-tiang tinggi dinilai akan memungkinkan air tetap mengalir di bawah bangunan tanpa mengganggu aktivitas belajar mengajar. Darlis berharap konsep ini tak hanya menyelamatkan sekolah dari ancaman banjir, tetapi juga akan menjaga ekosistem air di kawasan itu.
“Saya sudah komunikasikan dengan Dinas Pendidikan. Saya ajak diskusi khusus agar nantinya bangunan itu tidak seperti bangunan konvensional yang menimbun tanah. Kalau ditimbun saja, air tetap akan terhambat dan memperparah banjir. Ini soal mindset. Kita harus kembali ke nilai-nilai lokal. Saya harap fungsi kesmen area (daerah resapan air) di SMAN 4 tetap ada,” terangnya.
Menurutnya, sistem bangunan panggung telah lama digunakan oleh masyarakat lokal di Kota Samarinda khususnya, Kaltim pada umumnya, sebagai respons terhadap alam.
“Rumah Banjar dulu itu kan panggung semua. Tidak ada rumah di rawa dibangun langsung di atas tanah. Kearifan lokal ini harus dihidupkan kembali,” katanya.
Lebih jauh, Darlis juga menegaskan bahwa pembangunan SMAN 4 dengan konsep dan sistem panggung bisa menjadi prototype sekolah ramah hidrologi di Samarinda. Ia berharap pendekatan ini menjadi contoh pembangunan masa depan yang tidak merusak lingkungan dan tetap fungsional dalam kondisi ekstrem seperti banjir.
“Kita harus ubah cara berpikir membangun di Samarinda. Jangan lagi semuanya ditimbun. Mending kita keluarkan sedikit biaya lebih untuk bangun panggung, daripada sering kebanjiran dan akhirnya bangunan rusak. Kalau kita hitung-hitung, justru lebih hemat dan berkelanjutan,” tuturnya.
Politikus senior PAN itu menambahkan bahwa pola pembangunan seperti ini tidak hanya menjawab tantangan lingkungan, tetapi juga sejalan dengan semangat pelestarian budaya.
“Jangan semua berkaca pada modernitas dan melupakan kearifan lokal. Ini waktunya kita kembali ke akar kita,” pungkasnya.
Komisi IV DPRD Provinsi Kaltim mendorong pergeseran paradigma pembangunan di Kota Samarinda. Jika terealisasi, SMAN 4 akan menjadi sekolah negeri pertama di Samarinda yang dibangun dengan konsep panggung modern, menandai langkah awal menuju tata ruang kota yang lebih berkelanjutan, adaptif, dan berakar pada budaya lokal.
Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Kaltim
Tag: Pendidikan