
SAMARINDA.NIAGA,ASIA – NTPP dibentuk berdasarkan hasil pertanian dari kelompok padi dan palawija. Komoditas yang dipantau dalam subsektor ini mencakup gabah, jagung, kacang-kacangan, dan ketela. Selama periode 2022–2024, rata- rata NTPP menunjukkan tren pertumbuhan yang positif.
Pada tahun 2022, NTPP Kalimantan Timur (Kaltim) tercatat sebesar 92,34, kemudian meningkat menjadi 97,77 pada tahun 2023, dan kembali naik menjadi 102,94 pada tahun 2024. Kenaikan NTPP tahun 2024 sebesar 5,29 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan kenaikan tahun sebelumnya yang mencapai 5,88 persen.
NTPP yang telah berada di atas angka 100 pada tahun 2024 mengindikasikan adanya perbaikan daya beli petani tanaman pangan. Hal ini menunjukkan bahwa harga hasil produksi petani meningkat lebih cepatdibandingkan harga barang konsumsi serta biaya produksi yang harus Kenaikan rata-rata NTPP pada tahun 2024 disebabkan oleh peningkatan rata-rata Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan rata-rata Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib).
Hal itu diungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, Dr. Yusniar Juliana, S.ST, MIDEC dalam laporan “Statistik Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Timur 2024” yang diterbitkan April lalu.
BPS Kaltim mencatat, rata-rata It meningkat sebesar 9,03 persen, sementara Ib hanya naik sebesar 3,56 persen dibandingkan rata-rata tahun sebelumnya.Peningkatan rata-rata It terjadi pada seluruh kelompok komoditas, baikpada kelompok padi maupun palawija.
“Secara spesifik, pada tahun 2024, rata-rata It untuk kelompok padi mengalami kenaikan sebesar 11,42 persen, lebih tinggi dibandingkan kelompok palawija yang mencatat kenaikan sebesar 2,32 persen,” ujar Yusniar.
Sama halnya dengan It, kenaikan rata-rata Ib terjadi pada seluruh kelompok, baik kelompok konsumsi rumah tangga maupun kelompok BPPBM. Kenaikan rata-rata Ib pada konsumsi rumah tangga lebih tinggi daripada kenaikan rata-rata Ib pada BPPBM, yang berarti kenaikan harga kebutuhan konsumsi rumah tangga petani lebih besar dibanding kenaikan harga input produksi pertanian.
Sepanjang tahun 2024, NTPP menunjukkan tren penurunan secara bertahap. Pada bulan Januari, NTPP tercatat sebesar 103,67, lalu mengalami peningkatan hingga mencapai titik tertingginya di bulan Maret sebesar 106,94.
“Kenaikan ini dipicu oleh harga gabah yang meningkat akibat belum dimulainya musim panen, sehingga penerimaan petani meningkat,” terangnya.
Namun, sejak April, NTPP mulai menurun secara konsisten dan mencapai titik terendah di bulan Desember sebesar 99,40. Penurunan ini terjadi karena harga barang-barang konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan di bulan Desember, yang menyebabkan pengeluaran petani lebih besar dibandingkan pendapatan yang diterima
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | Adv Diskominfo Kaltim
Tag: NTP Kaltim