
BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA – Penurunan tarif angkutan udara memberikan kontribusi deflasi terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Balikpapan pada Oktober 2025, atau jadi salah satu faktor penting yang membantu menahan laju inflasi di tengah kenaikan harga pada beberapa komoditas pangan dan non-pangan lainnya.
“Tarif angkutan udara mengalami penurunan karena permintaan perjalanan memasuki periode low season. Penurunan permintaan ini mendorong maskapai melakukan penyesuaian harga sehingga tarif tiket pesawat pada beberapa rute utama mengalami koreksi,” urai Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi, Kamis (6/11/2025).
Penurunan tarif angkutan udara tersebut tercatat memberikan andil deflasi pada kelompok transportasi, sehingga menjadi faktor pengimbang atas tekanan inflasi yang berasal dari kelompok lain.
Pada periode yang sama, Balikpapan mengalami inflasi 0,03 persen (mtm), dengan inflasi tahun kalender Januari-Oktober sebesar 1,37 persen (ytd) dan inflasi tahunan 1,81 persen (yoy), lebih rendah dari inflasi nasional 2,86 persen (yoy).
Menurut Robi, pengeluaran di kelompok transportasi memiliki peranan penting dalam struktur inflasi daerah, terutama di kota-kota dengan mobilitas udara yang tinggi untuk kebutuhan logistik maupun perjalanan.
“Balikpapan merupakan salah satu pusat aktivitas ekonomi di Kalimantan Timur, sehingga mobilitas antardaerah, termasuk melalui jalur udara, cukup tinggi. Ketika tarif angkutan udara turun, pengaruhnya terhadap IHK langsung terasa,” jelasnya.
Penurunan tarif ini, baginya, tidak hanya berpengaruh pada biaya perjalanan individu, tetapi juga memberikan dampak ke sektor distribusi barang dan jasa tertentu.
“Tarif angkutan udara yang lebih rendah dapat meningkatkan efisiensi pergerakan barang bernilai tinggi atau berkecepatan distribusi cepat, meskipun dampaknya tidak langsung pada seluruh jenis komoditas,” lanjut Robi.
Di tengah penurunan tarif transportasi udara, beberapa komoditas pangan di Balikpapan justru mengalami kenaikan harga karena hambatan pasokan.
Adapun, sejumlah komoditas hortikultura seperti semangka, kangkung, dan jeruk mencatat kenaikan harga akibat menurunnya produksi dan suplai dari sentra penanaman, terutama di tengah curah hujan tinggi yang memengaruhi hasil panen.
“Kenaikan harga hortikultura dipengaruhi oleh faktor produksi yang terganggu di daerah sentra. Pada komoditas seperti semangka dan kangkung, pasokan menurun karena curah hujan yang tinggi. Kondisi tersebut berpengaruh pada harga di tingkat konsumen,” imbuh Robi.
Sementara itu, komoditas bawang merah dan ikan layang justru mengalami penurunan harga karena peningkatan pasokan.
“Bawang merah turun karena daerah produksi di Sulawesi dan Jawa memasuki musim panen. Sedangkan ikan layang mengalami penurunan harga karena hasil tangkapan nelayan meningkat pada periode tersebut,” tekannya.
Robi menegaskan bahwa keseimbangan inilah yang membuat tingkat inflasi Balikpapan tetap terjaga.
“Meskipun terdapat beberapa komoditas yang naik harga, adanya komoditas lain yang turun serta penurunan tarif angkutan udara memberikan keseimbangan sehingga inflasi tetap berada dalam rentang sasaran,” ujarnya.
Ke depan, Bank Indonesia menilai fluktuasi tarif angkutan udara akan tetap menjadi salah satu variabel penting dalam menjaga inflasi. Hal ini terutama mengingat potensi peningkatan permintaan pada akhir tahun.
“Menjelang Natal dan Tahun Baru, permintaan perjalanan udara cenderung meningkat. Oleh karena itu, pengawasan terhadap pergerakan tarif angkutan udara perlu dilakukan secara berkala agar tidak memicu tekanan inflasi yang signifikan pada periode tersebut,” pungkas Robi.
Bank Indonesia Balikpapan bersama Pemerintah Daerah dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus memperkuat langkah antisipatif.
“Koordinasi akan difokuskan pada pemantauan harga secara real time, sidak pasar, operasi pasar, serta penguatan kerja sama antardaerah untuk menjamin kelancaran pasokan pangan dan menjaga stabilitas harga menjelang akhir tahun,” tutupnya.
Penulis : Putri | Editor : Intoniswan
Tag: Transportasi