
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kebijakan tarif impor USA berdampak pada penurunan kinerja sektor manufaktur negara tujuan ekspor Kalimantan Timur (Kaltim). Sejak diberlakukannya impor tarif USA sebagai langkah Trump menyeimbangkan neraca perdagangannya, terjadi penurunan kinerja industri pada negara utama tujuan ekspor Indonesia diindikasikan oleh penurunan indeks manufaktur PMI.
Melemahnya aktivitas industri negara tujuan ekspor utama Kaltim, akan berdampak pada berkurangnya permintaan energi, termasuk batubara, sehingga pada akhirnya akan berisiko menekan volume ekspor batubara Kaltim dan melemahkan pertumbuhan ekonomi.
Hal itu disampaikan Heny Rusmiyati, Negosiator Perdagangan Ahli Madya Direktorat Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan ketika menjadi narasumber di Temu Responden tahun 2025 yang mengusung tema “Mendorong Potensi Ekspor Kaltim melalui Pemanfaatan Perjanjian Kerja Sama Perdagangan Internasional” untuk memperkuat sinergi serta kolaborasi antara Bank Indonesia dan responden liaison di ruang Maratua KPwBI Kaltim pada hari Selasa, tanggal 12 Agustus 2025.
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) Triwulan II-2025 memasuk fase melambat. Ekonomi Kaltim pada triwulan II 2025 tercata tumbuh sebesar 4,69 persen, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang mencapai 5,85 persen. Pertumbuhan ekonomi Kaltim pada Triwulan II-2025 sebesar 4,69 juga lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional 5,12 persen dan regional Kalimantan 4,95 persen.
Faktor penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi Kaltim pada Triwulan II 2025, antara lain karena permintaan batubara dari negara mitra dagang utama tertahan seiring stok yang melimpah di tengah produksi batu bara yang meningkat, utamanya di Tiongkok.
Menurut Heny, Tarif yang lebih tinggi, bersifat resiprokal dan per negara, dikenakan terhadap mitra dagang dengan defisit besar terhadap AS.
“The rates of duty established by this order are in addition to any other duties, fees, taxes…” Contoh: Jika tarif awal 5%, dan tarif resiprokal 32%, maka total tarif = 37%. AS menaikkan tarif jika mitra dagang melakukan pembalasan.
AS menurunkan tarif jika negara melakukan perbaikan dalam praktik dagang dan mendukung kepentingan nasional AS. AS menyesuaikan tarif jika sektor manufaktur AS terus melemah.
“Komoditas ekspor Kaltim ke AS terkena langsung kebijakan tarif AS,” kata Heny.
Menurut Heny, kebijakan tarif itu berdampat kepada negara-negara tujuan ekpsor Kaltim, seperti Tiongkok, Filipina, Jepang dan Taiwan. Peningkatan tarif impor USA berdampak pada penurunan aktivitas manufaktur Tiongkok, terindikasi dari penurunan indeks manufaktur PMI. Filipina sebagai salah satu negara ASEAN tujuan ekspor utama Kaltim, turut mengalami penurunan indeks manufaktur PMI akibat dampak tarif USA.
Kemudian, indeks manufaktur PMI Jepang cenderung mengalami penurunan akibat hambatan perdagangan-tarif impor USA. Indeks manufaktur PMI Taiwan menunjukan tren penurunan yang cukup tajam sejak awal tahun 2025 seiring dengan pengenaan tarif impor USA.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan
Tag: Ekonomi Kaltim