
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Prospek pasar batubara Kalimantan Timur (Kaltim) semakin tidak menentu, termasuk harganya di India dan China yang selama ini negara tujuan ekspor batubara Kaltim. Target produksi (RKAB) batubara Kaltim tahun 2025 tercatat mencapai 380 juta ton, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 388,5 juta ton, atau terkontraksi sebesar 2%.
Melihat kondisi seperti itu, kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kaltim, Budi Widihartanto, transformasi ekonomi Kaltim ke berbagai usaha non batubara semakin mendesak. Program ekonomi hijau, penguatan sektor pariwisata dan UMKM bisa menjadi alternatif pengganti usaha batubara.
“Pasar batubara sangat tidak menentu,” ungkap Budi dalam kegiatan Temu Media Tiga Bulanan di Decafe Samarinda, Selasa siang (01/7/2025).
Turut hadir mendampingi Budi Widihartanto dalam Temu Media, Bayuadi Hardiyanto, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim; Sheila Reswari, Jabatan : Manajer – Analis Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM Keuangan Inklusif dan Syariah; Setya Dodi Hermawan, Asisten Direktur – Kepala Tim Implementasi Kebijakan Sistem Pembayaran dan Pengawasan SP PUR (Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah).
Selanjutnya, Iwan Kurniawan H, Asisten Direktur – Kepala Tim Implementasi KEKDA (Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah); Ashari Novy Sucipto, Asisten Direktur – Analis Senior Fungsi Perumusan KEKDA; Hendro Prasetyo Nugroho, Manajer – Analis Fungsi Implementasi Pengawasan SP PUR, dan Akbar Samudra, Manajer – Kepala Unit Implementasi PUR (Pengelolaan Uang Rupiah).
Kondisi pasar batubara terbesar yakni China dan India, lanjut Budi, sangat dinamis. Batubara Indonesia mendapat saingan dari penggunaan energi baru terbarukan (EBT) baik di China maupun di India. Kini Indonesia pemain tunggal mengisi pasar China dan India, karena ada pemain baru yakni Australia dan sejumlah negara dari Amerika Latin.
“Kita juga perlu anitisipasi, China dan India bisa berhenti mendadak mengimpor batubara, karena negara mereka juga punya sumberdaya batubara dalam jumlah besar, bahkan bisa lebih besar dari Indonesia,” kata Budi.
RKAB Batubara Kaltim Turun 8,5 Juta ton
Menurut Budi, target produksi (RKAB) batubara Kaltim tahun 2025 tercatat mencapai 380 juta ton, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 388,5 juta ton, atau terkontraksi sebesar 2%.
“Permintaan konsumsi batubara Tiongkok pada 2025 hanya tumbuh 1 juta ton atau 0,02% (yoy) dari tahun sebelumnya, di tengah produksi batubara Tiongkok yang diprakirakan naik sebesar 1,5% (yoy) akibat perluasan kapasitas pertambangan,” katanya.
Hal yang sama juga terjadi pada konsumsi India pada tahun 2025 yang diprakirakan hanya tumbuh 48 juta ton atau 3,65% (yoy) dari tahun sebelumnya. Meskipun demikian, perkiraan permintaan pada triwulan I 2025 masih cukup tinggi seiring tingginya konsumsi listrik di musim dingin.
Kontraksi lapangan usaha pertambangan Kaltim tersebut utamanya dipengaruhi oleh penurunan potensi konsumsi batubara dari negara mitra dagang strategis (India dan China) karena adanya pengembangan energi hijau yang mulai menggerus pasar batu bara sebagai sumber energi.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan
Tag: batubara