Tirtonegoro Foundation Gelar ‘Simulation Best Leader World Class Diplomation’

Para peserta dan pemateri ‘Simulation Best Leader World Class Diplomation’ (Foto: Hamdani/niaga.asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Tirtonegoro Foundation Kalimantan Timur fokus pada pendidikan, seni, dan budaya, kembali menyelenggarakan ‘Simulation Best Leader World Class Diplomation’, Selasa hari ini (19/12), di ruang rapat Disporapar Samarinda.

Dikatakan CEO Tirtonegoro Foundation Dr. Rahmad Azazi Rhomantoro, kegiatan ini diikuti 50 orang peserta dari kabupaten/kota se Kaltim ini bertujuan  menyiapkan  pemimpin terbaik Nusantara melalui partisipasi aktif pemuda dengan referensi global antar-negara.

“Kami memberikan materi pengayaan wawasan dan keterampilan kepemimpinan yang berhubungan dengan globalisasi pendidikan, politik, ekonomi dan kebudayaan,” ujar Azazi yang juga seorang seniman ini.

Dalam kegiatan yang ditandai dengan penampilan memukau dari petikan Sape Caesar Adzkiya, sejak pukul 08.00 Wita itu, para peserta disuguhi materi teori dan praktek dalam bentuk simulasi.

“’Simulation Best Leader World Class Diplomation’  ini bukan hanya acara biasa. Ini adalah langkah kita untuk mencetak pemimpin masa depan yang tidak hanya berkompeten, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam akan diplomasi dan kepemimpinan global,” timpal Ketua Panitia Dimas Ramadhany kepada niaga.asia.

Peserta kegiatan ini semuanya dari generasi muda. “Pemuda adalah kekuatan utama dalam mencapai perubahan positif. Dengan acara ini, kami berharap dapat memberikan bekal dan inspirasi kepada mereka untuk menjadi pemimpin terbaik di berbagai bidang,” lanjutnya.

Terkait dengan pendidikan, Azazi menyebut konteks global, perbandingan pola pendidikan antara Malaysia, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, dan Finlandia memberikan gambaran yang menarik.

Diurainya, Malaysia dan Indonesia memiliki sistem pendidikan yang mengalami evolusi signifikan, dengan fokus pada peningkatan kualitas dan relevansi kurikulum.

“Jepang dan Korea Selatan dikenal dengan pendidikan yang sangat kompetitif, dengan penekanan pada ujian masuk perguruan tinggi yang ketat. Finlandia, di sisi lain, terkenal dengan pendekatan pendidikannya yang unik, menekankan pada pembelajaran berbasis proyek, kurikulum yang lebih fleksibel, dan beban tugas yang lebih ringan.” Sambungnya.

Azazi menyimpulkan masing-masing negara memiliki keunikan dan tantangan tersendiri dalam pengembangan sistem pendidikan.

“Kita mengadopsi aspek-aspek positif dari berbagai model pendidikan dari negara-negara itu dan menjadi sumber inspirasi untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia,” paparnya.

Dirinya mengharapkan, pendidikan yang berorientasi pada inovasi, keberagaman, dan pengembangan keterampilan holistik tampaknya menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang berkelanjutan dan inklusif di masa depan.

Penulis: Hamdani   I   Editor: Intoniswan

Tag: