5.040 Bumil dan Menyusui di Nunukan Jadi Sasaran Program MBG

Kadis Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Nunukan, Miskia. (Foto : Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Pemerintah Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, telah memetakan jumlah Ibu Hamil (Bumil) dan menyusui calon penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai upaya pemenuhan gizi serta pencegahan stunting. Angka sementara, jumlah 5.040 orang, karena masih ada dua kecamatan di wilayah terpencil yang belum melaporkan jumlah bumil di wilayahnya.

Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Nunukan, Miskia, mengatakan, pemetaan program MBG bagi ibu hamil dan menyusui dilakukan puskesmas yang hasilnya diserahkan dinas kesehatan.

“Kita sudah menerima data puskesmas, Untuk Bumil sebanyak 3.491 orang, ibu menyusui ASI eksklusif sebanyak 1.549 orang, jadi totalnya 5.040 orang,” kata Miskia pada Niaga.Asia, Selasa (14/01/2025).

Data Bumil di Kabupaten Nunukan diperkirakan akan bertambah karena masih terdapat 2 Puskesmas di wilayah terpencil pedalaman belum menginput laporan data akibat sulitnya jaringan internet di wilayah tersebut.

Miskia menerangkan, peran Dinkes dalam MBG hanya sebatas mengumpulkan data sasaran, sedangkan pengelolaan hingga penyaluran makanan menjadi kewenangan lembaga dan rekanan kerjasama.

“Kami tidak dilibatkan dalam pemberian MBG, tapi data sasaran tetap dari Dinas Kesehatan yang diambil dari tiap Puskesmas,” sebutnya.

Meski tidak dilibatkan dalam pengelolaan, Dinkes tetap diminta mengawasi dan memastikan apakah pihak jasa penyedia makanan telah memiliki sertifikat kesehatan, dan apakah tata cara masak sampai penyajiannya higienis.

Bagi jasa penyedia yang belum memiliki sertifikat kesehatan dan petugas belum terlatih akan diberikan pelatihan, termasuk pengelolaan bahan hingga penyajian dari dapur menuju sekolah sampai kotak tempat makan.

“Kalau persyaratan sudah terpenuhi, Dinkes tinggal memantau sekali-sekali jika diperlukan. Intinya dapur dan petugas masak harus terlatih,” ucap Miskia.

Menu masakan MBG yang disajikan untuk anak sekolah telah memenuhi standar gizi karena terdapat karbohidrat, kandungan protein dari lauk, vitamin dan zat besi dari sayurannya dan kalsium dari buah buahan.

“MBG ini bertujuan untuk tambahan gizi bagi anak belum sarapan, tapi akan lebih lengkap jika ditambahkan susu agar lengkap jadi empat sehat lima sempurna,” tambahnya.

Menurut Miskia, pemberian MBG dari pemerintahadalah sebuah bonus atau fasilitas tambahan yang diberikan untuk melengkapi requirements kebutuhan seharian ibu hamil dan menyusui.

Pengecekan kandungan dan kesehatan ke Puskesmas atau bidan tetap menjadi hal paling penting, karena dari situlah petugas kesehatan dapat mengetahui usia kandungan hingga kondisi janin dan apa yang perlu diambil selama hamil.

“MBG ini hanya bonus bagi kita. Untuk kesehatannya tetap harus periksa ke dokter atau bidan, jangan lupa tetap jaga kesehatan selama hamil,” terang Miskia.

Program MBG hampir serupa dengan pemberian makanan tambahan bagi keluarga anak – anak berisiko stunting yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan sejak tahun 2022 melalui program (Biaya Operasional Kesehatan (BOK).

Penyediaan makanan tambahan bagi anak stunting ini dikelola oleh tiap Puskesmas bekerjasama dengan pihak ketiga. Program BOK ini cukup berhasil menurunkan angka stunting Nunukan dari sebelumnya 30,5 persen menjadi 11 persen di tahun 2024.

“Sistem kerja BOK dengan MBG hampir serupa, menu makanan ditentukan sesuai gizi, tapi BOK ini khusus bagi anak berpotensi standing dibawah usia 2 tahun,” jelasnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan

Tag: