54 Ekor Sapi dari Jaring Aspirasi Masyarakat Nunukan Mati

Sebanyak 54 dari 57 sapi yang diberikan Pemkab Nunukan ke petani di Desa Binusan, Kecamatan Nunukan mati.  (Foto Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Bantuan ternak sapi Jaring Aspirasi Masyarakat (Jasmas) Wakil Ketua DPRD Kalimantan Utara (Kaltara) tahun 2023 kepada kelompok tani Pelangi Desa Binusan, Kecamatan  Nunukan gagal. Sebanyak 54 ekor sapi dari 57 sapi yang diberikan mati di tangan petani.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Nunukan, Muhtar, mengatakan, dari 57 bantuan bibit sapi bali yang diserahkan Pemerintah Nunukan bulan Oktober 2023 kepada kelompok peternak, tersisa yang hidup 3 ekor.

“Bantuan sapi itu hasil aspirasi reses Wakil DPRD Kaltara Muhammad Andi Akbar Djuarzah yang diberikan kepada kelompok tani beralamat di Desa Binusan, Kecamatan Nunukan,” kata Muhtar pada Niaga.Asia, Senin (01/072024).

Muhtar menerangan, program pengembangan ternak sapi bersumber dari Bantuan Keuangan (Bankeu) Provinsi Kaltara, atas usulan anggota DPRD Kaltara, Muhammad Akbar. Muhammad Akbar sendiri memperjuangkan adanya bantuan sapi berdasarkan proposal kelompok tani Pelangi tahun 2022.

Dalam pengadaan sapi, Pemerintah Nunukan hanya bersifat sebagai penerima program bantuan untuk disalurkan kepada kelompok tani sesuai Surat Keputusan Bupati Nunukan tentang penetapan penerimaan bantuan pengembagan peternakan sapi.

“Proses pengadaan sapi ternak melalui e-katalog dibeli dari peternakan terkenal di Sulawesi dan tiba di Nunukan bulan Oktober 2023 menggunakan transportasi kapal laut,” sebutnya.

Sebelum sapi diterima kelompok tani, DKPP Nunukan terlebih dulu melakukan karantina hewan selama 2 minggu untuk mencegah penyebaran penyakit. Selama proses karantina kondisi sapi dalam keadaan sehat.

Setelah dinyatakan sehat, DKPP menyerahkan seluruh sapi ternak kepada kelompok tani dengan catatan, penerima bantuan rutin berkoordinasi dengan pengawas lapangan DKPP untuk menginformasikan kondisi kesehatan sapi.

“Kami pikir kondisi sapi normal saja, nanti setelah ada kejadian sapi mati berapa ekor, baru petani  melaporkan ke DKPP Nunukan,” ucapnya.

Muhtar menyesalkan laporan kematian sapi dari kelompok tani tidak dilengkapi dengan dokumen kondisi sapi, sehingga Pemerintah Nunukan kesulitan dalam membuat laporan berita acara dan kematian sapi terus berulang-ulang.

DKPP Nunukan sudah berusaha membantu pemeriksaan kesehatan sapi dengan datang ke lokasi peternakan milik kelompok tani, namun karena lokasi peternakan cukup jauh sekitar 40 menit dari kota, pemeriksaan sangat terbatas.

“Kadang kondisi sapi sudah sekarat hampir mati baru mereka dihubungi kami, dokter hewan juga manusia tidak mungkin bisa menyembuhkan secepat kilat,” bebernya.

Faktor perubahan cuaca dari panas menjadi dingin diduga mempengaruhi kondisi kesehatan sapi, ditambah lagi sapi-sapi tersebut sewaktu di peternakan asalnya terbiasa mengkonsumsi jenis jerami Silase atau rumput kering.

Perubahan pakan dari Silase ke rumput basah di peternakan Nunukan kemungkinan ikut mempengaruhi kondisi kesehatan sapi, sebab sapi yang bisa mengkonsumsi rumput kering akan mengalami kembung apabila memakan rumput basah.

“Rumput basah mengandung gas, jadi mungkin sapinya kembung lalu perlahan-lahan kondisi fisik sapi menurun hingga mati,” ujarnya.

Pengadaan 57 ekor sapi include dengan pembangunan kandang ternak dan peralatan lainnya, termasuk mesin cover hingga tonk profil penampung air minum dan lahan pakan sapi dengan total anggaran hampir mencapai Rp 1 miliar.

Program pengembagan peternakan sapi masuk kategori bantuan hibah murni dari Bankeu provinsi kepada Pemerintah Nunukan, sehingga tidak ada tanggung jawab pengembalian dari kelompok tani penerima bantuan.

“Karena sifatnya bantuannya hibah murni, jadi dalam perjanjian tidak menyertakan aturan ganti rugi ketika sapi gagal dikembangkan, tapi kami tetap menyesalkan kejadian ini,” ungkapnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan 

Tag: