
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Pada tahun 2013 jumlah rumah tangga usaha perkebunan rakyat di Kalimantan Timur (Kaltim) sebanyak 100.281 rumah tangga, sedangkan pada tahun 2023 jumlahnya menjadi 108.199 rumah tangga, atau naik sebesar 7,90 persen dalam 10 tahun terakhir.
“Dengan jumlah mencapai 108.199 rumah tangga, subsektor tanaman perkebunan rakyat menjadi subsektor yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha pertanian di Kalimantan Timur,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, Dr. Yusniar Juliana, S.ST, MIDEC dalam laporan “Statistik Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Timur 2024” yang dipublikasikan April lalu.
Sebaliknya, lanjut Yusniar, penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan, yang berkurang sebesar 39.233 rumah tangga.
“Penurunan juga terjadi pada subsektor tanaman hortikultura sebanyak 15.446 rumah tangga, serta subsektor tanaman kehutanan sebanyak 12.988 rumah tangga,” sambungnya.
Menurut Yusniar, berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2023, jumlah rumah tangga usaha pertanian di Provinsi Kaltim pada 2023 mencapai 205.927 rumah tangga, meningkat sebesar 14,01 persen dibandingkan tahun 2013 yang berjumlah 180.614 rumah tangga.
“Kenaikan ini berasal dari subsektor tanaman perkebunan rakyat, sedangkan subsektor lainnya mengalami penurunan dibandingkan kondisi pada tahun 2013,” katanya.
Nilai Tukar Petani
Dalam tiga tahun terakhir, BPS Kaltim mencatat, rata-rata NTP (Nilai Tukar Petani) menunjukkan tren peningkatan. Pada tahun 2022, rata-rata NTP tercatat sebesar 126,03, kemudian naik menjadi 129,04 pada tahun 2023.
“Selanjutnya, pada tahun 2024, rata-rata NTP mencapai 137,94, atau meningkat sebesar 6,90 persen dibandingkan rata-rata tahun 2023,” papar Yusniar.
Nilai NTP Kaltim yang lebih dari 100 tersebut menunjukkan bahwa petani di Kaltim mengalami peningkatan dalam hal perdagangan karena harga yang mereka terima (It) mengalami kenaikan yang lebih cepat daripada harga yang mereka bayar (Ib) terhadap tahun dasar 2018.
Rata-rata NTP dalam kurun waktu enam tahun terakhir secara umum mengalami peningkatan 37,94 persen dari tahun dasar 2018.
Yusniar menambahkan, jika dilihat menurut subsektornya, terdapat empat subsektor dengan nilai NTP di atas 100, yaitu subsektor tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan peternakan.
“Subsektor tanaman perkebunan rakyat mencatat nilai NTP tertinggi, yaitu sebesar 186,93. Sebaliknya, subsektor perikanan memliki NTP dibawah 100, yaitu sebesar 99,81, yang menunjukkan bahwa harga yang diterima oleh nelayandan pembudidaya ikan meningkat lebih lambat dibandingkan harga mereka bayarkan untuk konsumsi rumah tangga dan biaya produksi,” katanya.
Peningkatan NTP tahun 2024 terutama didorong oleh kenaikan rata-rata NTP pada tiga subsektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan, subsektor tanaman hortikultura, dan subsektor tanaman perkebunan rakyat.
Rata-rata NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami peningkatan tertinggi yaitu sebesar 11,99 persen, disusul oleh subsektor tanaman pangan dan subsektor tanaman hortikultura dengan kenaikan masing-masing sebesar 5,29 persen dan 1,58 persen.
Sebaliknya, dua subsektor lainnya mengalami penurunan, yaitu subsektor peternakan dan subsektor perikanan dengan penurunan masing-masing sebesar 3,18 persen dan 0,05 persen dibandingkan tahun 2023.
Kenaikan signifikan dicatat BPS Kaltim, berasal dari subsektor tanaman perkebunan rakyat terutama dipicu oleh melonjaknya harga komoditas kelapa sawit, seiring dengan meningkatnya permintaan global terhadap CPO, serta adanya ketetapan harga referensi CPO oleh pemerintah yang berdampak pada naiknya harga jual TBS di tingkat petani.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | Adv Diskiminfo Kaltim
Tag: Pertanian