Anak-anak PMI di Malaysia Ingin Jadi Polisi

Personel Polres Nunukan berbincang-bincang dengan anak-anak PMI di Malaysia yang harus bersekolah ke Sebatik Tengah dengan berjalan kaki sejauh 5-8 kilometer setiap hari melintasi perkebunan sawit. (Foto Budi Anshori)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Anak-anak PMI (Pekerja Migran Indonesia) di perkebunan kelapa sawit Bergosong, Sabah, Malaysia, yang bersekolah di SDN 05 Desa Sei Limau, Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan menyampaikan, cita-citanya setelah menyelesaikan pendidikan adalah menjadi Polisi.

Manco yang lahir di kebun sawit di Malaysia dan kini duduk di kelas I SDN 05 Sebatik Tengah, mengatakan,  ia mengagumi Polisi, gagah, dan berani memberantas kejahatan dan melindungi masyarakat.

“Cita-cita saya mau jadi Polisi, teman-teman saya di sekolah juga mau jadi Polisi. Kami semua suka pak Polisi dan TNI,” kata Manco pada Niaga.Asia, Kamis (03/10/2024).

Manco mengatakan, kecintaan dan keinginannya jadi Polisi, setelah beberapa kali bertemu sejumlah Polisi (personel Samapta Polres Nunukan) yang sedang melaksanakan patroli jarak jauh di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di pulau Sebatik dan TNI yang bertugas mengamankan wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia.

Manco merupakan salah satu anak PMI yang setiap hari berjalan kaki lima kilometer dari tempat tinggal orangtuanya di mess perusahaan sawit di Malaysia ke SDN 05 Sebatik Tengah.

“Kalau berangkat kadang diantar kakak naik sepeda motor sampai patok perbatasan Indonesia – Malaysia, kadang juga jalan kaki pulang pergi,” ucapnya.

Manco tidak sendirian jalan kaki dari Malaysia ke Sebatik untuk bersekolah. Ada puluhan anak PMI. Misalnya  Abdul Rahman kini sudah duduk di  kelas IV SDN 05 Sebatik Tengah. Setiap hari mereka melintasi jalan berbukit di kebun perkebunan sawit. Tidak jarang mereka kehujanan dan kepanasan, bahkan sesekali bertemu ular besar dan hewan liar lainnya di sepanjang jalan.

Ketika hari hujan, karena jalanan berlumpur, Rahman dan kawaan-kawan, tetap berangkat ke sekolah dengan kaki telanjang. Adapun sepatu sekolah agar tidak cepat rusak dibawa dalam kantong plastik dan sesampai di sekolah baru dipakai.

“Jalannya itu berbukit-bukit di sela-sela pohon sawit, kadang kami terpeleset jauh, kalau ketemu hewan liar lari atau bersembunyi,” ungkap Rahman.

Rahman tetap rajin berangkat ke sekolah meski terkadang tidak dibekali uang untuk jajan. Keinginan bersekolah hingga tamat ditanamkan orangtuanya sebagai bekal hidup di masa depan.

Pihak sekolah di wilayah terdekat dengan perbatasan Malaysia, seperti SDN 05 Sebatik Tengah juga memfasilitasi muridnya bertemu Polisi, termasuk Polwan. Pertemuan digelar di alam terbuka di bawah rindangnya pepohonan.

Sedangkan personel TNI di Satgas Pamtas Indonesia-Malaysia juga rutin mengunjungi langsung anak-anak ke sekolah dan di permukiman di sepanjang garis perbatasan. Personel TNI di Satgas Pamtas juga rutin melakukan kunjungan sebagai guru “bantu” ke sekolah-sekolah dan permukiman penduduk memerikan pelajaran tambahan tentang berhitung, membaca, menulis, membuadayakan hidup disiplin, wawasan kebangsaan dan tentang negara Indonesia.

Guru kelas V SDN 05 Sebatik Tengah, Andreas Bama mengatakan, jumlah anak PMI yang masih aktif bersekolah sebanyak 20 orang dengan rincian, 12 orang berasal dari wilayah Bergosong dan 8 orang dari wilayah Peringkat Tiga, Sabah, Malaysia.

“Orang tua anak-anak bekerja di perkebunan sawit Malaysia, disana tidak ada sekolah, jadi anaknya terpaksa sekolah di SDN 05 yang jaraknya cukup jauh,” bebernya.

Menurut Andreas, meski anak-anak PMI harus jalan kaki cukup jauh ke sekolah, tapi selalu tepat waktu tiba di sekolah, terkecuali kalau hari hujan lebat, karena harus berteduh dulu di jalan.

“Kami para guru salut dengan semangat yang selalu datang ke sekolah lebih awal dari anak yang tinggal di Sebatik,” ungkapnya.

Kapolres Nunukan AKBP Bonifasius Rumbewas yang peduli pendidikan anak-anak PMI dan prihatin kondisi yang harus mereka hadapi setiap hari, mengaku akan membangun rumah singgah bagi anak-anak PMI di Sebatik Tengah. Rumah singgah itu fungsinya sebagai tempat tinggal sementara bagi anak-anak PMI bila hari hujan dan tidak bisa pulang ke Malaysia, atau tempat istirahat bila cuaca sangat panas.

“Pembangunan rumah singgah sedang dalam proses menunggu izin dari Pak Kapolda (Kaltara),” kata kata AKBP Bonifasius Rumbewas pada Niaga.Asia, Rabu (25/9/2024) usai bertemu anak-anak PMI di garis batas negara Indonesia dengan Malaysia.

Penulis: Budi Anshori | Editor: Intoniswan

Tag: