Anak Stunting, Tergantung Pikiran, Makanan dan Vitamin yang Dikonsumsi Ibunya

Wakil ketua komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Puji Setyowati. (Foto: niaga.asia/Teodorus)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA– Anak terlahir stunting atau sehat, dipengaruhi dan atau tergantung pada pikiran, makanan dan vitamin yang dikonsumsi si ibu sejak hamil hingga masa masih menyusui anak.

“Kalau misalnya selama hamil, pikiran ibunya tidak tenang seperti banyak stres dan tidak mengkonsumsi makanan yang bergizi, tidak minum vitamin maka, itu akan mempengaruhi tumbuh kembang bayi,” ungkap Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Puji Setyowati  kepada Niaga.Asia di Kantor DPRD Kaltim, Senin (27/11/2023).

Selanjutnya, kata Puji, setelah bayi lahir juga sang ibu harus betul-betul memastikan pemenuhan nutrisi anak. Terutama asupan gizi yang diperoleh dari ASI (Air Susu Ibu) selama enam bulan pertama.

“Kalua bicara makanan khusus, ada yang namanya PMT (Pemberian Makanan Tambahan). PMT ini sudah diprogramkan oleh pemerintah melalui kementerian kesehatan,” ujarnya.

Meski demikian, Politikus Partai Demokrat ini meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim dan Dinkes di semua kabupaten dan kota untuk betul-betul memiliki data yang akurat terkait berapa jumlah perempuan yang masuk usia subur, perempuan yang akan menikah dan yang sudah hamil. Tujuannya agar, bisa dilakukan pendampingan secara berkala, teutama memastikan kondisi kesehatannya.

“Misalnya ada perempuan yang mau menikah maka, itu harus diberikan pendampingan atau penyuluhan. Jadi pencegahan stunting ini tidak instan, karena semua ibu harus diberikan pendidikan yang baik,” terangnya.

Untuk diketahui, periode yang paling tepat untuk mencegah terjadinya stunting yakni sejak tiga bulan pranikah, masa kehamilan, serta pada usia baduta (anak bawah dua tahun) hingga balita (anak bawah lima tahun). Selama masa kehamilan perlu diperhatikan pula agar ibu tidak mengalami kekurangan zat besi dan asam folat.

Selanjutnya tindakan pencegahan stunting bisa dengan melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak secara teratur, idealnya setiap bulan. Ibu dapat membawa si anak ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya secara teratur untuk melakukan pemantauan dan pemeriksaan agar mendapat diagnosis yang tepat.

Penulis: Teodorus |  Editor: Intoniswan | ADV DPRD Kaltim

Tag: