
Andini Tasya Putri, anak kedua dari pasangan Yusril Dawari – Efda Mutia. Andini lahir di Pekanbaru, Provinsi Riau, 23 Maret 2000. Wajahnya imut dan manis seperti anak-anak perempuan lainnya. Tidak ada yang terasa berbeda saat kelahirannya. Andini lahir normal seperti anak anak yang lainnya, kemudian diketahui adalah autis.
Ini seri kesatu tulisan Efda Mutia tentang putrinya Andini Tasya Putri, disampaikan dalam gaya bertutur.
Perkembangan Andini sedari bayi juga terlihat biasa, sama dengan kakaknya, Windy Odelia Putri yang juga perempuan. Umur 1 tahun Andini sudah bisa berjalan. Tapi kemudian, Andini terlalu aktif, malah bisa dibilang hiperaktif. Suka lari lari dan memanjat. Tapi yang terasa aneh, Andini bahkan tidak menangis kalau jatuh. Dan Andini juga tidak mengerti kata-kata jika di larang.
Andini terus berlari sambil ngoceh-ngoceh dengan bahasa planet-nya. Andini juga tanpa takut memanjat kursi dan teralis. Tidak bisa dipegang serta tidak peduli pada siapapun yang berada di dekatnya.
Andini juga selalu menghindar kalau dipeluk. Hal yang tidak biasa untuk anak anak seusianya karena anak-anak di manapun berada pasti selalu menikmati pelukan ibunya.
Dalam hati Saya mulai bertanya-tanya. Kenapa Andini beda dengan kakaknya yang juga perempuan? Tapi keluarga besar selalu menenangkan, dan mengatakan kalau kenakalan seperti yang dilakukan Andini adalah hal yang biasa untuk anak- anak hiperaktif, tandanya mereka sehat dan pintar.
Hati hati saja jangan anak sampai jatuh, begitu selalu pesan sanak dan keluarga untuk menenangkan kami. Sejenak kami meng-iyakan. Tapi kemudian kembali aneka pertanyaan memenuhi pikiran.
Untuk menjawab keragu-raguan ini, akhirnya Andini, kami bawa ke dokter spesialis anak untuk berkonsultasi. Kebetulan dokter spesialis anak tersebut baru pulang dari Medan menghadiri seminar tentang anak autis.
Dokter meminta Saya membaca beberapa lembar kertas. Saya terdiam waktu membaca ciri-ciri anak Autis. Dari 7 ciri-ciri anak autis yang tertera di kertas itu, ada 4 ciri ada pada Andini. Saya tidak kuasa bicara apa-apa saking kaget nya. Begitupun ayah Andini yang biasa tenang setiap ada masalah, kali ini terdiam tak mampu berucap dan terlihat kebingungan.
Kami sama tidak mengerti apa itu autis karena tahun 2001 di Pekanbaru sepertinya belum begitu banyak bahasan tentang autis. Akhirnya dokter itu merujuk kami ke psikolog untuk berkonsultasi. Psikolog memberi jawaban yang sama bahwa Andini menyandang autis dan menyarankan bahwa Andini harus cepat di therapi.

Mendengar kata autis, Saya dan suami belum mengerti, jadi seperti tidak percaya kalau Andini autis. Sulit mengungkapkan rasa hati saat itu. Sedih, khawatir dan ketakutan memenuhi perasaan.
Menginjak usia sekolah, Andini masuk sekolah Anak Mandiri. Di sekolah ini Andini therapi wicara, perilaku, dan lain lain. Pagi bisa berangkat bareng Papanya dan pulang jam 12 siang, kembali diantar Papanya pas jam istirahat kantor.
Alhamdulillah. Sekolah ternyata memberi hasil yang diharapkan. Sudah mulai terlihat perkembangan dan kemajuannya. Andini sudah bisa mengucapkan kata-kata Nana, Kaka, Mama.
Ya Allah…betapa bahagianya kami akan kemajuan kecil yang diperlihatkan Andini ini, kata Saya.
Andini kemudian bersekolah di Taman Kanak-kanak (TK) Alkarimah, Jalan Swakarya Panam Pekanbaru. Andini terus mengalami kemajuan. Andini sudah berjuang untuk maju dan lebih baik.
Saat menginjak usia dimana Andini harus masuk sekolah dasar (SD), Saya memutuskan untuk terlebih dahulu berkonsultasi ke Psikolog dan melakukan test IQ.
Alhamdulillah IQ Andini normal dan kemampuan bicara Andini sudah lancar tapi masih hiperaktif dan belum fokus. Psikolog menyarankan kalau Andini mau sekolah di SD Umum harus makan obat supaya agak tenang dan tidak lari sana sini kalau lagi belajar. Tapi keluarga besar melarang Andini makan obat.
Saya bersyukur sekali, karena keluarga sangat peduli Andini, semua sayang Andini. Kalau Saya dalam kesulitan semua membantu. Keluarga memikirkan masa depan Andini. Akhirnya kami memutuskan agar Andini bersekolah di SLB, dan terhindar dari keharusan makan obat.
Andini akhirnya bersekolah di sekolah bagi anak berkebutuhan khusus, mulai di SD, SMP, dan SMA SLB Pelita Hati, Jalan Merpati Sakti Gang Air Tabik No. 3 Simpang Baru. Kecamatan Tampan, Pekanbaru.
Keajaiban akhirnya datang
Saat Andini memasuki fase menstruasi, Andini sempat shock. Saya berpikir dan bekerja keras menjelaskan ke Andini soal menstruasi dan bagaimana menjaga kebersihan, bagaimana memasang pembalut dan lain sebagainya.

Tidak hanya itu, setelah memasuki masa datangnya haid pertama, ajaibnya Andini mulai tenang dan tidak hiperaktif lagi. Meski harus didampingi selama bersekolah. Alhamdulillah SD, SMP dilewati Andini dengan penuh perjuangan di Pekanbaru. Akhirnya jadi siswa SMALB Pelita Hati hingga selesai dan menerima ijazah setara Paket C.
Keyboard kebanggaan keluarga
Disaat bersekolah di SMALB Pelita Hati, Andini mulai suka mendengarkan musik. Kadang saat Andini lagi belajar dan mendengar di kelas sebelah temannya latihan musik, tanpa permisi pada gurunya Andini keluar kelas dan masuk ke kelas musik.
Yang selalu diganggu Andini hanya temannya yang lagi main alat musik keyboard. Pada alat musik gitar, bass dan drum , Andini tidak tertarik. Kemudian, Saya dipanggil Ferlin Awangsyah (almarhum) yang saat itu jadi guru musik.
Ferlin Awangsyah saat itu bilang begini; “Coba ibu lihat sepertinya Andini suka pada alat musik keyboard.”
Saya kemudian langsung bertanya sama Andini apakah mau belajar musik keyboard, nanti dibelikan dan belajar dirumah sama guru musik.
Andini jawab; “Yaaaaaa…. ”
Andini senang sekali. Umur 16 tahun Andini mulai belajar musik. Tapi tetap saja ada keraguan di hati, apakah Andini bisa?
Tapi sungguh besar kekuasaan Allah…ternyata kekhawatiran Saya tidak terbukti. Andini cepat menguasai alat musik keyboard. Gurunya juga senang sekali menemukan bakat hebat Andini.
Selanjutnya kalau ada acara di sekolah Andini mulai tampil dengan permainan keyboard-nya. Begitu juga kalau ada acara di luar yang diiikuti sekolahnya, Andini dipilih untuk ikut tampil.

Selain itu, Andini juga berani tampil di berbagai acara, seperti peringatan Hari Disabilitas Internasional, Hari Anak Nasional, dan lainnya yang biasanya diadakan di mall.
Alhamdulillah ya Allah…., kadang Saya merasa tidak percaya. Si cuek yang hiper aktif itu tampil menghibur penonton di panggung sebuah mall besar. Setiap tahun, pada masa sebelum pandemi, Andini juga selalu mendapat kesempatan tampil di Gedung Serindit rumah Dinas Gubernur Riau dalam rangka peringatan Hari Peduli Autisme Sedunia.
Terima kasih Ya Allah…. Andini sekarang menjadi kebanggaan keluarga. Berbagai masalah rumit, Alhamdulillah telah Andini lewati dengan manis, walaupun membuat Saya jungkir balik dan terbingung-bingung.
Alhamdulillah, saat Andini tampil, sambutan penonton sungguh hangat dan bikin keluarga bangga dan bahagia, karena Andini telah mematahkan opini publik kalau anak autis tidak bisa apa-apa.
Belajar tata rias
Setelah tamat SMALB tahun 2019, Andini memperoleh ijazah paket C. Kemudian, Saya dan Papanya Andini memutuskan bahwa Andini tidak lanjut kuliah karena banyak hal dan pertimbangan.
Karena Andini perempuan, kakaknya menyarankan agar Andini belajar make-up di rumah sebab, di sekolah dulu Andini sudah belajar tata cara make–up.
Di sekolah SMALB Pelita Hati ada salon untuk siswa belajar tata cara merias. Selain belajar merias, Andini juga melanjutkan belajar musik sendiri di rumah.
Karena guru musik Andini menikah dan pindah ke luar kota, sebelum berpisah, guru musik Andiri menguatkan dirinya dan Andini, dengan mengatakan kalau Andini sudah bisa melanjutkan latihan sendiri. Caranya, cari lagu yang Andini sukai di youtube, nanti di-print dan Andini belajar.
Berbekal semangat dari gurunya itu, Saya memberanikan diri menemani Andini berlatih, satu jam setiap hari. Sekarang Andini sudah bisa memainkan 25 lagu, Alhamdulillah.
Pada masa pandemi, kegiatan offline Andini vakum semua. Dan beruntung sekali saat itu, Saya kenal dengan orang tua yang mempunyai anak special (autis) lewat media sosial. Saya diajak bergabung di grup yang sangat bagus sekali, keren lah pokoknya. Komunitas itu bernama Difabel Stars Indonesia, atau disingkat DStars Indonesia yang diketuai Ibu Emsyarfi. Anggota DStars berasal dari seluruh Indonesia.
Grup itu bukan bukan khusus untuk anak autis, tapi semua anak berkebutuhan khusus boleh bergabung. Dari komunitas DStars Indonesia, para orangtua banyak dapat informasi lomba online. Andini sering ikut lomba online, walaupun belum menang tapi keluarga senang sekali.

Andini juga Kami kenalkan pada pelajaran agama. Alhamdulillah berkat bantuan Pak Rinto, Andini sudah bisa mengaji Alquran. Kami meminta Pak Rinto datang ke rumah 2 kali seminggu. Terima kasih bapak Rinto yang selalu sabar dan baik sama Andini. Alhamdulillah.
Akhirnya kata kunci dari semua ini, asal kita berusaha tidak ada kata terlambat.. Kalimat ini terasa tepat dan mengena buat perjuangan Saya bersama Papanya membersamai Andini.
Catatan Prestasi Andini.
- Juara harapan 3 Art Competition Open Day Virtual President School President Special Needs Center Jababeka. 24 October 2020 Certificate
- Juara 3 Lomba Got Talent B Berkarya Bersamaku World Autism Awareness Day 2022 yang diselenggarakan oleh Tsabita Art dan Psikologi Universitas Jember.
- Juara harapan 2 Solo Keyboard Autism Awareness Fest 2022 yang diadakan oleh Kampusnya Manusia di Plaza Cibubur Bekasi pada tanggal 28 Mei 2022.
- Pengisi acara Peringatan Hari Disabilitas Internasional yang diselenggarakan Pekanbaru Lab School Mall Pekanbaru 11 Desember 2021
- Pengisi Acara World Autism Awareness Day Di Gedung Serindit Rumah Gubernur Provinsi RIAU Pekanbaru
Penulis: Efda Mutia | Editor: Intoniswan
Tag: AndiniAutisKisah Inspiratif