Anggito Abimanyu: Ekonomi Syariah Cabang Ilmu Ekonomi yang Mengikuti Prinsip Islam

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Prof. Dr. Anggito Abimanyu, M.Sc. (tengah) resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada Selasa (4/2). (Foto Kemenkeu/Niaga.Asia)

YOGYAKARTA.NIAGA.ASIA –  Ekonomi syariah adalah cabang ilmu ekonomi yang mengikuti prinsip-prinsip syariat Islam. Ekonomi syariah tidak hanya dipandang sebagai sistem ekonomi alternatif, tetapi juga sebagai bentuk kepatuhan dan ketundukan terhadap ajaran agama.

Pendapat itu disampaikan Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Prof. Dr. Anggito Abimanyu, M.Sc. ketika resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada Selasa (4/2).

Bertempat di Balai Senat UGM, sejumlah tokoh tampak hadir di acara pengukuhan tersebut, antara lain Wakil Presiden ke-11 RI Budiono dan Wakil Presiden ke-13 RI Ma’ruf Amin serta para akademisi, tokoh masyarakat, dan pejabat pemerintah.

Dalam pidato pengukuhan yang berjudul “Ekonomi Syariah sebagai Bentuk Kepatuhan, Cara Hidup dan Aktivitas Bisnis yang Membawa Manfaat”, Wamenkeu Anggito menyampaikan pemikirannya mengenai ekonomi syariah.

“Ekonomi syariah memperkuat dan menyempurnakan mimpi peradaban manusia terhadap sebuah sistem ekonomi yang adil, non-eksploitatif, bebas riba, dan memanen keberkahan dari Sang Maha Pencipta,” ujar Anggito.

Dalam pidatonya, Wamenkeu Anggito Abimanyu juga berbagi pengalaman pribadinya sebagai anak yang terlahir di keluarga akademisi.

“Bapak dan Ibu merupakan pendidik yang berdedikasi. Almarhum Bapak adalah dosen Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Almarhum Ibu adalah pendidik paruh waktu dan seorang ibu rumah tangga biasa,” kenangnya.

Meski demikian, ia bercerita bahwa kala itu sempat dilarang orang tua untuk masuk jurusan IPS karena dianggap jurusan madesu (masa depan suram). “Saya tetap tidak mau mengecewakan beliau. Maka, masuk jurusan IPA, kemudian sedikit berbelok ke Fakultas Ekonomi dan memilih jurusan Ekonomi Pertanian sebagai langkah kompromi,” ujar Anggito.

Lulus dari UGM, Anggito sempat mengabdi pada begawan ekonomi Prof. Soemitro Djojohadikusumo sebagai asisten peneliti di lembaga think-tank kebijakan ekonomi yang beliau pimpin.

“Pemikiran-pemikiran beliau mengenai deregulasi, industrialisasi, disiplin fiskal, dan kebocoran anggaran menjadi narasi yang menempel hingga kini,” ucap Anggito berbagi kesan mengenai ayah dari Presiden Prabowo Subianto tersebut.

Selanjutnya, ia berkesempatan mewujudkan mimpi untuk melanjutkan studi di University of Pennsylvania di kota Philadelphia. Sepulang kuliah di Amerika Serikat, ia pun mengabdikan diri sebagai dosen di almamater Fakultas Ekonomi UGM.

“Saya banyak melakukan penelitian pada kebijakan publik dan ekonomi kerakyatan,” ungkapnya.

Pada tahun 2000 hingga 2010, Anggito Abimanyu mulai meniti karier di Kementerian Keuangan sebagai birokrat. Sejak berada di bawah kepemimpinan Prof Bambang Sudibyo, ia menyebut wajah Kementerian Keuangan berevolusi. Perbaikan terus dilanjutkan di bawah kepemimpinan Ibu Dr. Sri Mulyani Indrawati.

Menurutnya Kemenkeu telah bertransformasi menjadi kementerian yang handal dan lincah. “Setelah lebih 10 tahun meninggalkan Kemenkeu dan kembali lagi pada tahun 2024 saya merasakan lompatan perubahan yang luar biasa,” ucap Wamenkeu Anggito.

Sebagai penutup pidato, ia menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi kepada segenap pihak yang telah berkontribusi sepanjang fase kehidupannya. Ia pun berharap ilmu yang dimilikinya dapat memberikan manfaat sosial bagi masyarakat dan bangsa.

“Semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah ilmu dan rahmat-Nya kepada kita semua dalam ikhtiar bersama untuk terus membangun bangsa yang besar ini sesuai dengan amanat kemanusiaan dan cita-cita mulia para pendiri bangsa di awal kemerdekaan,” pungkasnya.

Sumber: Biro KLI Kementerian Keuangan | Editor: Intoniswan

Tag: