BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA — Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) terus mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga dengan menggelar program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).
Program ini menjadi salah satu langkah penting dalam mencegah stunting, dengan memperhatikan kesehatan sejak masa kehamilan hingga anak usia dua tahun.
Heria Prisni, Kepala DP3AKB Kota Balikpapan, menjelaskan bahwa program KIE ini merupakan bagian dari sosialisasi program Bangga Kencana, yang menekankan pentingnya kesehatan keluarga.
“Materi yang disampaikan terkait pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bagi tumbuh kembang anak,” kata Heria, Jumat, 8 November 2024.
Selain sosialisasi, kegiatan KIE juga mencakup berbagai persiapan kesehatan bagi pasangan usia subur dan ibu hamil, seperti pemeriksaan kesehatan rutin, asupan gizi seimbang, serta pemberian suplemen seperti tablet tambah darah dan asam folat.
“Kader juga diberikan panduan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif selama enam bulan serta MP-ASI yang bergizi seimbang sebagai lanjutan,” tuturnya.
Heria juga menyoroti peran penting Posyandu dalam memantau tumbuh kembang anak. Rutin memantau perkembangan anak di Posyandu, menjadi hal yang sangat penting dalam menjaga kesehatan ibu dan anak.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Balikpapan (DKK) menunjukkan angka stunting di kota ini meningkat dari 19,6 persen menjadi 21,6 persen.
Kepala DKK Balikpapan Alwiati menjelaskan upaya yang dilakukan untuk menekan angka stunting.
“DKK Balikpapan berupaya menekan angka kasus stunting dengan membuat program pendampingan dan pemberian makanan tambahan kepada keluarga terdampak,” kata Alwiati.
Menurutnya, peningkatan status gizi untuk ibu hamil dan menyusui juga menjadi prioritas agar anak mendapatkan ASI yang cukup dan terhindar dari risiko stunting.
“Rata-rata ibu di Balikpapan adalah pekerja, sehingga sulit memberikan ASI eksklusif. Hal ini berpengaruh pada perkembangan anak,” sebut Alwiati.
Alwiati juga menyebut pola asuh yang kurang tepat sebagai salah satu penyebab peningkatan kasus stunting. Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini atau ibu hamil yang enggan minum tablet penambah darah menjadi tantangan dalam menjaga kesehatan anak.
“Untuk Posyandu, saat ini banyak yang tidak aktif. Kami berharap agar Posyandu di Balikpapan dapat diaktifkan kembali,” ucapnya.
Dengan tingkat kunjungan ke Posyandu yang rendah, DKK Balikpapan mengimbau masyarakat agar lebih aktif memanfaatkan fasilitas kesehatan ini.
“Kami meminta masyarakat untuk datang ke Posyandu, dan membawa anak-anaknya untuk mendapatkan penyuluhan, sehingga kita dapat bersama-sama mengatasi stunting di Balikpapan,” jelas Alwiati.
Selain itu, Alwiati juga menyoroti pentingnya persiapan gizi bagi calon pengantin wanita. Remaja putri sering kali mengabaikan konsumsi tablet tambah darah demi alasan penampilan, padahal ini penting untuk kesehatan reproduksi.
Pemkot Balikpapan berharap bahwa dengan sosialisasi rutin melalui program KIE, kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan keluarga akan meningkat, sehingga angka stunting bisa ditekan secara signifikan.
Penulis: Heri | Editor: Saud Rosadi | Adv Diskominfo Kaltim