Banjir Putus Akses antar Desa di Krayan Timur, Jenazah Diangkut Gunakan Drum Plastik

Banjir melanda sejumlah desa di Kecamatan Krayan Timur, padahal letaknya berkisar antara 1000 – 1.600 meter di atas permukaan laut. (Foto : Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Banjir sejak tiga hari lalu memutus akses dari Desa Long Umung ke Desa Wa Yagung di  Kecamatan Krayan Timur, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, padahal letaknya di pegubungan Iban, antara 1000-1600 meter di atas permukaan laut (dpl).

Ketinggian air banjir yang hari ini masih satu meteran, membuat jenazah balita berusia 3 bulan harus diangkut keluarganya menggunakan drum plastik yang dimodifikasi jadi pelambung dari Desa Long Umung ke rumah duka di  Desa Wa Yagung.

Balita berusia 3 bulan bernama Gelin tersebut meninggal saat dirawat di RSUD Kota Tarakan. Dari Tarakan ke Long Bawan, Krayan, jenazah Gelin menumpang pesawat udara TNI.

“Balita ini meninggal  di RSUD Tarakan, kita kesulitan membawa jenazah menuju rumah duka, karena di beberapa desa lagi dalam kondisi banjir,” kata salah seorang warga Desa Wa Yagung, Krayan Timur, Novliana pada Niaga.Asia, Kamis (21/09/2023).

Novliana menceritakan,  tiga hari lalu air banjir setinggi  2 meter menyulitkan transportasi jenazah Gelin ke rumah duka. Untuk menembus banjir yang hari ini tinggal setinggi 1 meter, keluarga Gelin menggunakan drum plastik kosong yang dimodifikasi menjadi pelampung  agar mudah melewati genangan banjir yang menenggelamkan jalan.

“Kemarin jenazah sempat diinap di Desa Long Umung sekitar pukul 19:00 Wita, tadi pagi baru dibawa ke rumah duka dibantu warga,” sebutnya.

Jarak tempuh dari Desa Long Umung menuju Desa Wa Yagung sekitar 6 jam perjalanan kaki melewati kawasan hutan atau sekitar 2 jam naik sepeda motor. Disepanjang jalan terdapat jembatan darurat yang menghubungkan jalan desa.

Menurut Novliana, bila menggunakan alat transportasi  sepeda motor ke Desa Wa Yagung  ongkosnya cukup mahal sekitar Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu per orang, kalau berjalan kaki bisa 6 jam,” imbuhnya.

“Minimnya akses jalan  dari dan ke Krayan Timur menjadi gambaran kepada pemerintah pusat dan provinsi untuk memperhatikan kebutuhan masyarakat yang tinggal di perbatasan Indonesia,” katanya.

Masyarakat yang menghuni wilayah perbatasan dengan Malaysia sangat berharap adanya jalan dan jembatan antar desa yang baik agar terasa ada keadilan dan pemerataan pembangunan.

“Jalannya ada tapi jembatan tidak ada, makanya hanya sepeda motor bisa lewat, padahal jarak dari Desa Long Umung ke Desa Wa Yagung sekitar 20 kilometer,” ungkap Novliana.

Pemerintah pusat melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal bersama Pemerintah Kabupaten Nunukan pernah membangun jalan penghubung antar kedua desa, namun tidak dilengkapi dengan jembatan.

“Jalan sudah dibuat, tapi tetap saja bermasalah karena tidak ada jembatan penghubung,” tutupnya.

Penulis: Budi Anshori | Editor: Intoniswan

Tag: