Bank Indonesia: Triwulan I Ekonomi Kaltim Tumbuh 1,77%

ilus
ilustrasi

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Bank Indonesia mencatat pada Triwulan I (Januari-Maret) Tahun 2018 ekonomi Kalimantan Timur tumbuh 1,77%, atau lebih tinggi dibandingkan krurun waktu yang sama tahun lalu. Pertumbuhan didorong sektor industri pengolahan. Sedangkan sektor andalan Kaltim, yakni tambang masih terkontraksi sebesar -2,10% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Hal itu diungkapkan Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Timur, Muhammad Nur  dalam konferensi pers dengan sejumlah wartawan di Samarinda, Kamis (28/6/2018).

Menurutnya, pada sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Kaltim ditopang oleh konsumsi pemerintah daerah yang sejalan dengan perkembangan proyek infrastruktur. “Namun demikian, ekonomi Kaltim pada Triwulan II (April-Juni) 2018 diperkirakan tumbuh lebih tinggi,” kata Nur.

Aktivitas konsumsi rumah tangga pada periode Ramadan dan Idul Fitri diperkirakan dapat menopang perekenomian Kaltim ditengah ekspor yang diperkiarakan masih terkontraksi. Pertumbuhan ekonomi Kaltim 2018 diperkirakan masih tumbuh positif tetapi tidak setinggi  tahun 2017, sekitar 3%.

Nur menjelaskan, kinerja sektor tambang masih bergantung pada permintaan dari Tiongkok dan India sehingga masih rentan terhadap kebijakan perdagangan internasional kedua negara tersebut.

Perkembangan inflasi pada periode Ramadan  Juni tahun 2018, menurut Nur, diperkirakan relatif lebih rendah dibandingkan tahun sebelum. Inflasi bulan Juni tahun 2017 adalah 4,54% dan di bulan Juni 2016 sebesar 4,37%. “Angka pastinya inflasi di Kaltim di bulan Juni 2018 masih dalam proses penghitungan karena bulan Juni belum berakhir,” ujarnya. Komoditas yang menyumbang inflasi di bulan Mei 2018 karena harganya naik cukup signifikan antara lain bawang merah, daging ayam ras, ikan layang, dan telur ayam ras.

Pada bagian lain Nur mengatakan, kebutuhan uang di Kaltim selama Ramadan dan Idul Fitri 2018 lebih tinggi dari yang diperkirakan. BI memproyeksikan sekitar Rp2,63 triliun, sedangkan realisasinya mencapai Rp2,86 triliun, atau lebih tinggi Rp230 miliar. Peningkatan kebutuhan uang tunai didorong karena adanya penambahan libur dan cuti berasama, kenaikan THR bagi aparat sipil negara dan pensiunan. (001)