SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Beragam inovasi sudah dipakai untuk menangani stunting. Hasilnya juga sudah terlihat pada angka pravelensi stunting, dari semula 23% turun ke angka di bawah 20%. Tidak mudah memang, tapi segala usaha yang dilakukan pemerintah kabupaten/kota bersama stakeholder dan pemerintah provinsi menunjukkan kemajuan.
Inovasi pemerintah kabupaten/kota menangani stunting sangat beragam. Misalnya di Kutai Kartanegara (Kukar) sampai dokter spesialis anak diterjunkan ke lapangan, di Berau ada PMT (Pemberian Makanan Tambahan) lokal.
Kemudian di Bontang juga ada PMT, di Balikpapan ada namanya program Telur Tukar Sampah, di Samarinda ada AMAN TUMBATA (Aplikasi Pemantau Pertumbuhan Balita), dan di Paser ada “Nabuca Banting (Naget Gabus Cegah Baduta Stunting), inovasi dari Puskesmas Lolo.
“Sebetulnya angka penurunan stunting di Kaltim sudah cukup bagus, turun dari 23% ke angka di sekitar 15-17%. Kita optimis akan terus membaik apabila partisipasi orang tua semakin meningkat. Sekarang partisipasi orang tua ke Posyandu memeriksakan gizi anaknya baru sekitar 45 persen, sedangkan 55% belum datang ke Posyandu secara teratur,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kaltim, Fitnawati pada Niaga.Asia, Minggu (27/10/2024).
Menurut Fitnawati, Pemkab Kukar, tercatat sebagai kabupaten paling agresif menangani stunting, sehingga penurunan angka stunting di Kukar terbanyak dan tercepat prosesnya.
Sebagai contoh, Puskesmas Muara Wis sampai menurunkan Dokter Spesialis Anak ke lapangan. Dokter dari RSUD Dayaku Raja Kota Bangun itu aktif menangani stunting di 4 desa yaitu Desa Muara Wis, Desa Sebamban, Desa Melintang dan Desa Muara Enggelam.
“Jumlah anak balita stunting yang ditangani Dokter Spesialis Anak sejumlah 40 anak, yang datang hanya 33 anak sementara 7 anak berhalangan hadir,” ungkap Fitnawati.
Berdasarkan data pada Aplikasi Sigizi Terpadu tanggal 4 Februari 2024 didapatkan balita yang mengalami masalah gizi di Kukar untuk BB (Berat Badan) kurang sebesar 15,62%, Balita pendek sebesar 17,80%, Balita gizi kurang sebesar 7,74% dan Balita overweight sebesar 4,33%.
“Intervensi juga dilakukan Pemkab Kukar melalui pemberian PKMK pada anak stunting sesuai resep yang diberikan oleh Dokter Spesialis Anak dengan diselingi konseling gizi kepada ibu balita,” kata Fitnawati.
Di Berau penangangan stunting, selain secara konvesional, juga dilakukan intervensi PMT lokal DAK ABT dan APBD (menggunakan Juknis PMT DAK Non Fisik ), dengan keberhasilan anak kurang berat badan, hampir 90% naik berat badannya, sedangkan kegiatan rujukan/yang di rujuk ke Dokter spesialis Anak sudah membaik
“Sedangkan di Bontang dengan adanya sosialiasi, berdasarkan hasil pengukuran, capaian cakupan partisipasi Masyarakat (D/S) tahun 2023 naru 56,69% . Pengatasan stunting dilakukan pula dengan intervensi, yakni berupa PMT melalui inovasi- inovasi yang bekerja sana dengan bantuan CSR dan program dasar penanganan stunting, dan inovasi,” kata Fitnawati.
Penangatan stunting di Balikpapan dilakukan dengan beragam invonasi, seperti melalui
Program Telur Tukar Sampah oleh Posyandu Kelurahan Mekar Sari RT 21, pelatihan memasak untuk Kader Sanggar PMBA Cegah Stunting (Sabuting) dilaksanakan 05 Mei 2023 oleh PKM Mekar Sari, kemudian dipraktekkan dengan sasaran pada stunting 52 anak, wasting 55 anak, underweight 63 anak.
Kegiatan intervensi stunting dalam bentuk PMT diberikan kepada 450 orang dengan rincian; 320 balita dan 130 ibu hamil KEK di 33 Kelurahan di Kota Balikpapan. Pemberian PMT dilakukan tiga kali secara bertahap dengan melibatkan kader TPK dan PKB di wilayah kerja masing-masing.
Menurut Fitnawati, di Samarinda penanganan stunting dilakukan dengan pemberian vipalbumin kepada balita underweight dan wasting. Penggalangan donasi dari pejabat Pemkot Samarinda berupa pengadaan telur sehat dan atau beras sehat untuk anak stunting atau keluarga berisiko stunting.
“Wali kota samarinda juga telah menerbitkan instruksi Nomor 4 Tahun 2023 tentang penanganan stunting,” ujarnya.
Di Samarinda juga ada dapur sehat atasi stunting (dahsat) dan makanan bergizi seimbang dan aman (dapur b2sa) untuk pencegahan stunting. Juga ada alikasi pemantauan pertumbuhan balita) Aman Tumbata.
Kabupaten Paser juga termasuk kabupaten agresif menunrunkan stunting melalui berbagai invovasi. Puskesmas Lolo ada inovasi “Nabuca Banting” (Naget Gabus Cegah Baduta Stunting).
“Banting” merupakan inovasi di pembuatan naget dari ikan gabus untuk Baduta/Balita Stunting yang dilaksanakan di beberapa desa.
“Olahan PMT berbahan dasar ikan lokal yaitu ikan gabus banyak terdapat di wilayah kabupaten Paser serta kaya akan protein dalam upaya mencegah stunting,” ungkap Fitnawati.
Tidak hanya itu, ada juga inovasi dengan nama Gebrek Maba (Gerakan Praktek Makanan Bayi dan Anak) yaitu cara mengolah makanan sesuai standar dan meningkatkan kemampuan ibu balita mengolah makanan keluarga berbahan pangan lokal.
“Terakhir ada inovasi Jabang Bayi Beranting (Jemput dan Timbang Bersama Cegah Stunting). Dalam hal ini kader Posyandu datang ke rumah warga untuk mengecek gizi dan berat badan anak balita,” pungkas Fitnawati.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | Adv Diskominfo Kaltim
Tag: Stunting