Pohon Buah Sambut Gubernur-Wagub Baru Kaltim

Pohon buah-buah sebagai pengganti karangan bunga nampak menghiasi Kantor Gubernur Kaltim jalan Gajah Mada Samarinda pada hari dilantiknya Gubernur – Wagub Kaltim terpilih, Kamis (20/2/2025). (Niaga.Asia/Lydia Apriliani)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Pemandangan berbeda terlihat di halaman Kantor Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), tepat di hari Rudy Mas’ud – Seno Aji dilantik Presiden Prabowo Subianto sebagai Gubernur Kaltim dan Wakil Gubernur priode 2025-2030, Kamis (20/2).

Di antara ratusan karangan bunga warna-warni yang berjejer rapi, tampak 12 pohon buah-buahan berdiri tegak. Bibit buah itu membawa makna lebih dari sekadar ucapan selamat kepada kedua pemimpin baru Provinsi Kaltim tersebut.

Pohon buah-buahan ini ditempatkan di lokasi yang cukup strategis, memberikan sentuhan hijau nan unik yang jarang terlihat dalam seremoni pelantikan serupa. Bukan tanpa alasan, bibit buah-buahan ini dikirimkan oleh berbagai instansi sebagai simbol harapan bagi kepemimpinan baru di Bumi Mulawarman.

Setiap bibit buah mengirim pesan pertumbuhan dan komitmen untuk membangun daerah dengan lebih baik. Ada sebanyak 4 pohon buah berbeda jenis dari 12 organisasi perangkat daerah (OPD) jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim.

Pertama, ada 4 p0hon buah jambu dari Biro Umum Setda Prov. Kaltim (Lisa Hasliana), Badan Kesbangpol Prov. Kaltim (Sufian Agus), DPMPTSP Kaltim (Fahmi Prima Laksana) dan BPSDM Kaltim.

Kedua, ada 3 bibit buah sawo yang diberikan Biro Kesejahteraan Rakyat Setda Prov. Kaltim (Dasmiah), RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda (David Hariadi Masjhoer) dan Dinas Kesehatan Kaltim.

Ada sebanyak 4 pohon buah berbeda  dari 12 organisasi perangkat daerah (OPD) jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim menyambut kedatangan Rudy Mas’ud – Seno Aji, Gubernur dan Wakil Kaltim Periode 2025-2030 di Sekretariat Daerah Kaltim/Kantor Gubernur Kaltim. (Foto Niaga.Asia/Lydia Apriliani)

Ketiga, ada 2 pohon buah nangka dari DPTPH Kaltim dan Bapenda Kaltim. Serta keempat, ada 3 pohon buah jeruk dari Biro Hukum Setda Prov. Kaltim (Suparmi), RSJD Atma Husada Mahakam, dan BPKAD Kaltim.

Menurut pengamat sosial Arsinah Sadar dari UINSI (Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda), tren pemberian tanaman atau pohon buah sebagai ucapan selamat sebetulnya bukan sekadar gaya baru, tetapi bagian dari budaya yang mulai terlupakan.

“Karangan bunga sebenarnya bukan berasal dari budaya Indonesia. Pemberian pohon buah atau tanaman lah yang menjadi budaya kita,” ujarnya saat dihubungi Niaga.Asia, Kamis malam (20/2/2025).

Di beberapa daerah lain lanjut dia, tanaman sering digunakan dalam acara penting, seperti tujuh bulanan kehamilan atau seserahan pada pernikahan. Bahkan di suku etnis Dayak yang berduka cita, pemberian karangan bunga itu menggunakan tanaman bunga di dalam pot.

“Saya ingat dulu teman saya meninggal dunia. Dia diberikan karangan bunga bukan seperti yang dijual orang pakai papan, tapi tanaman bunga dalam pot yang ditaruh di kuburan,” terangnya.

Ide untuk memberikan karangan bunga berupa pohon-pohon buah ini menurutnya, sangat bagus. Selain harga yang ekonomis, ramah dikantong dan tidak terbuang sia-sia, tradisi ini juga akan membangkitkan kebudayaan yang mulai terlupakan.

“Bikin karangan bunga harganya sampai Rp1,5-2 juta. Kadang yang kecil aja bisa Rp300-400 ribu dengan bunga yang sedikit. Bunganya enggak berharga jadi kebanggaan sementara aja. Kalau kasih pohon gitu kan nggak akan kebuang, bisa dirawat hingga buahnya lebat,” paparnya.

Jika melihat sejarah, Presiden pertama Bung Karno juga pernah membawa bibit pohon (Mimba atau Mindi – Melia Azedarach)  ketika berkunjung ke Arab Saudi. Sekarang, pohon itu dinamakan pohon Sukarno dan jadi pohon peneduh jemaah haji kala beribadah di Padang Arafah.

“Ini kan menandakan bahwa pemberian pohon atau tanaman itu memang lebih bermakna. Jika budaya ini kita lestarikan, maka budaya karangan bunga itu bisa tergantikan dengan tanaman pohon. Menarik, semoga banyak yang mengikuti tren baru ini,” tutupnya.

Penulis: Lydia Apriliani – Editor: Intoniswan

Tag: