BPS: Ekonomi Kaltim Tahun 2022 Tumbuh Impresif

Proporsi ekspor non migas Kaltim ke India  tahun 2021 sebesar 11,54 persen dan sepanjang tahung tahun 2022, proporsinya meningkat menjadi sebesar 19,27 persen. (Foto Istimewa)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melaporkan kinerja ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) sepanjang tahun 2022 terus menunjukkan perbaikan dan terlihat semakin menguat. Pertumbuhan ekonomi Kaltim terlihat tumbuh impresif.

“Sampai dengan Triwulan III-2022 ekonomi Kalimantan Timur mampu tumbuh sebesar 3,53 persen. Peningkatan kinerja ekonomi Kalimantan Timur sepanjang tahun 2022 juga dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas unggulan sehingga memberikan windfall terhadap kinerja ekspor Kalimantan Timur,” ungkap  Kepala BPS Kaltim, Dr. Yusniar Juliana, S.Si, MIDEC dalam laporan teranyarnya berjudul  Analisis Isu Terkini Provinsi Kaltim 2022 pada Tema “Pengaruh Dinamika Ekonomi Global Terhadap Ekonomi Kalimantan Timur”.

Diterangkan, melihat struktur PDRB, terlihat komponen Net Ekspor Barang dan Jasa mendominasi perekonomian Kalimantan Timur. Pada Triwulan III-2022, kontribusi net ekspor mencapai 60,60 persen terhadap total PDRB Kaltim. Net Ekspor dihitung dari besaran nilai Ekspor Barang dan Jasa dikurangi oleh nilai Impor Barang dan Jasa.

Menurut Yusniar, komoditas ekspor utama Kaltim berasal dari usaha Pertambangan dan Penggalian. Sektor ini sangat mendominasi nilai ekonomi yang tercipta di wilayah ini, terutama untuk komoditas batu bara serta minyak dan gas bumi.

“Pada Triwulan III-2022, lapangan usaha ini menguasai ekonomi sebesar 55,79 persen terhadap total ekonomi Kaltim,” ujarnya.

Sumbang 10,43 Persen Ekspor Nasional

Kaltim menjadi salah satu penyumbang ekspor nasional terbesar. Pada tahun 2021, Kaltim  menyumbang 10,43 persen dari total ekspor luar negeri Indonesia.

“Nilai ekspor Kaltim didominasi oleh kelompok komoditas non migas, seperti batu bara, LNG, pupuk, dan minyak kelapa sawit (CPO),” ungkap Yusniar.

BPS juga mencatat sejak tahun 2021, harga acuan batu bara (HBA) mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada bulan Juni 2022, HBA mencapai nilai tertinggi yaitu 323,90 $/ton. Setelahnya, HBA terus mengalami fluktuasi hingga mencapai 319,22 $/ton pada September 2022.

Kenaikan harga batubara acuan ini disebabkan oleh berbagai hal. Di antaranya adalah rendahnya suku bunga acuan, melemahnya dolar US$, hingga pertumbuhan ekonomi di berbagai negara.

“Pemicu lainnya yang juga tak kalah penting adalah adanya commodity supercycle, di mana terdapat lonjakan permintaan batu bara dari berbagai negara seperti Tiongkok, India, dan negara lainnya,” tambahnya.

Lonjakan permintaan dari negara-negara lain tersebut merupakan dampak dari terjadinya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina, yang menyebabkan ketidakpastian pasokan gas dari Rusia ke negara lain.

Ketidakpastian pasokan gas ini mendorong naiknya harga gas alam cair di Eropa. Untuk mengatasi krisis gas ini, beberapa negara mulai mengaktifkan kembali pembangkit listrik tenaga batubara sehingga permintaan batubara mengalami lonjakan yang cukup tinggi.

Permintaan batu bara dari negara tujuan, seperti Tiongkok dan India disertai kenaikan harga berbagai komoditas unggulan Kaltim di pasar global menyebabkan kinerja ekspor Kaltim sepanjang tahun 2022 menunjukkan kinerja yang sangat baik.

“Nilai ekspor luar negeri Januari – September 2022 mencapai US$26,63 miliar, meningkat sebesar 66,49 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Bahkan nilai ini sudah melebihi nilai ekspor sepanjang tahun 2021 yang tercatat sebesar US$24,16 miliar. Tingginya nilai ekspor ini juga menyebabkan neraca perdagangan Kaltim mengalami surplus yang cukup tinggi sepanjang tahun 2022,” Yusniar menerangkan.

Selain karena tingginya permintaan serta kenaikan harga, peningkatan nilai ekspor juga akibat adanya penguatan dolar atau nilai tukar Rupiah yang mengalami pelemahan. Pelemahan nilai tukar terjadi terhadap banyak mata uang negara lainnya, terutama di negara berkembang. Hal ini sebagai akibat kekhawatiran pelaku pasar keuangan global akan terjadinya resesi ekonomi.

Pelaku pasar melakukan pengamatan terhadap kondisi negara-negara maju, seperti Amerika Serikat yang tengah mengalami lonjakan inflasi. Pelemahan nilai tukar Rupiah ini didominasi akibat adanya tekanan eksternal.

Indeks dolar yang meningkat terjadi akibat meningkatnya inflasi dan bank sentral di negara maju yang semakin agresif menaikkan suku buka acuannya, terutama Bank Sentral AS. Sejak Juli 2022, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate menembus Rp15.000 per US$, bahkan pada tanggal 30 September 2022, rupiah melemah hingga mencapai Rp15.232 per US$.

“Nilai tukar ini merupakan level paling lemah dalam jangka waktu 3 tahun terakhir,” katanya.

Permintaan ekspor komoditas non migas, terutama batubara dari negara tujuan sepanjang tahun 2022 mengalami peningkatan. Nilai ekspor non migas Kaltim sepanjang Januari – September 2022 meningkat sebesar 66,51 persen jika dibandingkan periode yang sama di Tahun 2021.

“Sepanjang tahun 2022, Tiongkok tetap menjadi pangsa ekspor non migas terbesar, namun terlihat proporsinya mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2021,” papar Yusniar.

Peningkatan permintaan komoditas non migas dari negara lainnya, menyebabkan terjadinya pergeseran pangsa ekspor Kaltim. Sepanjang periode Januari hingga September 2022, permintaan batu bara Indonesia dari India meningkat cukup signifikan.

Krisis listrik sebagai imbas gelombang panas di wilayah India menyebabkan lonjakan penggunaan listrik untuk pendingin ruangan, sementara pasokan batu bara India semakin menipis. Salah satu sumber impor batubara India berasal dari Indonesia, termasuk juga dari Katim.

“Pada tahun 2021, proporsi ekspor non migas Kaltim ke India sebesar 11,54 persen, dan sepanjang tahung tahun 2022, proporsinya meningkat menjadi sebesar 19,27 persen,” pungkas Yusniar.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Kaltim

Tag: