JAKARTA.NIAGA.ASIA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkomitmen mengakselerasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan mendorong pemanfaatan hasil riset dan inovasi. Hal ini bertujuan mendorong produktivitas, nilai tambah, kualitas, serta daya saing produk berbasis riset dan inovasi.
“Kalau untuk manfaatnya bagi BRIN, program pemanfaatan hasil riset dan inovasi lebih terencana. Meningkatkan komersialisasi hasil riset yang sudah teruji seperti paten, prototipe, lisensi, dan sebagainya,” ungkap Aswin Firmansyah dari Direktorat Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada Kementerian/Lembaga, Masyarakat, UMKM pada Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN pada Sosialisasi Pendampingan Usaha Mikro Berbasis Iptek (PUMI) di Jakarta, Jumat (28/02).
Menurutnya, dari sisi usaha mikro diharapkan UMKM juga mendapatkan fasilitasi hasil riset dan inovasi BRIN dalam rangka peningkatan produktivitas, nilai tambah, mutu, serta daya saing produk riset dan inovasi.
“Dari sisi periset itu sendiri untuk mempermudah periset untuk menemukan tema riset yang sesuai dengan kebutuhan riil usaha mikro. Di samping itu juga sebagai sarana evaluasi dan penyempurnaan hasil riset,” urain Aswin.
Dia menjelaskan pada 2023 BRIN melakukan survei tentang peta kebutuhan usaha mikro, bahwa permasalahan usaha mikro itu sebagian besar ada pada modal usaha atau peralatan mesin. Untuk promosi termasuk permasalahan juga, karena sudah punya produk tapi belum tahu bagaimana cara memasarkannya.
“Permasalahannya para UMKM butuh penerapan hasil riset untuk meningkatkan kualitas produk mereka. Dari survei kami, sebagian besar memang bergerak di F&B, untuk produk pangan, dan jenis teknologinya adalah masa simpan,” terangnya,
Aswin melanjutkan, berdasarkan hal tersebut BRIN menginisiasi suatu kegiatan yang disebut dengan pendampingan usaha mikro berbasis e-tech. Di sini ada dua skema yang ditawarkan, yaitu mentoring dan coaching clinic.
“Intinya kalau yang mentoring ini pendapingan satu per satu untuk para UMKM dan ada metode seleksinya. Kalau yang coaching ini kami bekerjasama dengan mitra di daerah, baik itu dari pihak pemda, maupun juga dengan asosiasi. Jadi pendampingannya secara kelompok untuk permasalahan yang sejenis,” paparnya.
Untuk mentoring, lanjut Aswin, ada beberapa langkah yaitu identifikasi masalah melalui rangkaian diskusi, wawancara baik online maupun offline, survei, pengamatan proses produksi, dan pengambilan sampel.
“Selanjutnya melakukan analisis melalui pengujian dan pembuktian di laboratorium dan lapangan. Berikutnya, penyampaian rekomendasi berdasarkan hasil analisis, disertai dengan praktek penerapan teknologi,” urainya.
Pada coaching clinic, ada beberapa kegiatan antara lain pemaparan materi terkait permasalahan teknologi yang diusulkan mitra. Konsultasi sebagai sarana interaksi one-on-one antara mitra dengan periset terkait perbaikan produk mitra.
“Di samping itu juga melakukan demo dan kunjungan lokasi produksi melalui praktek atau simulasi. Hal ini berdasarkan materi yang telah disampaikan agar mitra dapat menerapkan pada proses produksi. Maksud dari kunjungan ini untuk menambah wawasan bagi peserta terkait proses produksi mitra yang dianggap sudah baik,” rinci Aswin.
Lebih jauh lagi Aswin membeberkan, BRIN akan melakukan asesmen sebagai parameter dalam mengukur dan mereviu kegiatan ini. Asesmen tersebut meliputi kelayakan usaha dengan memperhatikan legalitas usaha, omset, dan kapasitas usaha penghargaan, keikutsertaan dalam komunitas usaha.
“Kita juga akan melihat analisis situasi dan permasalahan mitra yaitu permasalahan teknis kebutuhan hasil riset dan inovasi, serta ketersediaan solusi yang ditawarkan,” ucapnya.
Selanjutnya, urgensi pemanfaatan riset dengan melihat seberapa penting atau mendesak calon mitra untuk mendapatkan kegiatan mentoring dalam pengembangan usaha. “Potensi kemanfaatan pasca fasilitasi intenal dan esternal yang diukur melalui potensi peningkatan omset, kualitas produk, market, penyerapan tenaga kerja, dan lain-lain,” ujarnya.
Sementara itu Direktur Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada Kementerian/Lembaga, Masyarakat, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah BRIN Driszal Fryantoni dalam sambutannya menyatakan, kegiatan PUMI oleh BRIN merupakan suatu kegiatan untuk mendukung pelaku UMKM, dan meningkatkan produktivitasnya.
“Kemudian untuk meningkatkan nilai tambahnya, meningkatkan mutu atau kualitas dari produknya itu sendiri. Di samping itu juga untuk meningkatkan daya saing produk melalui pemanfaatan hasil riset dan inovasi oleh periset BRIN,” jelasnya.
Dirinya berharap, usaha-usaha yang dilakukan oleh para pelaku UMKM dapat meningkat ataupun bisa naik kelas. “Kalau bisa, dapat menjadi komunitas ekspor produk-produk yang dihasilkan oleh teman-teman semuanya,” pungkasnya.
Sumber: Humas BRIN | Editor: Intoniswan
Tag: BRIN