Budi Waseso: Pengoplos dan Penyelundup Beras Membahayakan Negara

Dirut Bulog Budi Waseso saat hadir di konferensi pers yang diadakan Kapolda Banten Irjen Rudy Heriyanto Adi Nugroho, Jum’at (10/2/2023). (Foto Tribratanews.Polri)

BANTEN.NIAGA.ASIA – Direktur Utama Badan Urusan Logistik (Dirut Bulog) Budi Waseso berpendapat soal pangan tidak boleh main-main, walaupun soal hukuman ringan, tapi ini dampaknya, ini masalah kehidupan, masalah perut.  Pengoplos beras untuk operasi pasar atau penyelundup beras ke Timor Leste membahayakan negara, bisa dikenakan Undang-undang (UU) subversif.

Pendapat tersebut disampaikan Buwas (Budi Waseso) saat hadir di konferensi pers yang diadakan Kapolda Banten Irjen Rudy Heriyanto Adi Nugroho, Jum’at (10/2/2023) setelah Polda Banten berhasil menangkap 7 tersangka pengoplos beras Bulog. Mereka adalah HS (36), AL (58), BR (31), FR (42), KM (66) dan IG (30).

Kapolda Banten Irjen Rudy Heriyanto Adi Nugroho mengatakan, penyidik menemukan 350 ton beras bulog yang sudah dikemas dan 10 karung beras premium berbagai merk. Para tersangka menggunakan modus mengoplos beras bulog menjadi beras premium dengan mencampurnya dengan beras lokal, kemudian dijual di atas HET (Harga Eceran Tertinggi).

“Motifnya keuntungan pribadi,” ungkap Kapolda Banten, Jumat (10/2/23).

Menurut Buwas,  dia mendapatkan informasi adanya pengiriman beras Bulog ke Atambua, Kabupaten Belu, NTT secara ilegal yang nantinya akan dijual dengan harga mahal.

Tak hanya itu, beras impor Bulog juga akan di ekspor ke luar negeri yang diduga kuat dilakukan oleh pengusaha beras Indonesia.

“Bahkan beras dari Cipinang, hari ini bisa jalan sampai Atambua, dan itu dijual dengan harga yang sangat mahal. Ada indikasi beras ini akan diselundupkan ke Timor Leste,” terangnya.

Buwas menegaskan, beras oplosan yang diamankan Polda Banten itu untuk operasi pasar agar harganya terjangkau. Akibat ulah oknum yang melakukan penyelewangan ini, harga beras justru tidak kunjung turun.

“Bagaimanan mungkin beras Bulog yang harganya Rp8.300 jadi harga premium Rp12.000. Mereka memanfaatkan untuk mencari keuntungan setinggi-tingginya,” jelasnya.

Buwas mengaku meski telah operasi pasar dan mengimpor 500 ribu ton, namun harga beras masih mahal. Ia curiga dan memprediksi adanya kecurangan di pasaran. Padahal Bulog menjual ke pasaran dengan harga di kisaran Rp8.300 per kg.

Purnawirawan jenderal bintang tiga itu menyerahkan penanganan penyelewengan beras ke polisi. Dia percaya penegak hukum bisa menyelesaikan kasus tersebut secara profesional dan mengusutnya hingga tuntas.

Buwas menginginkan hukuman berat diberikan ke pelaku penyelewengan beras subsidi, karena menyusahkan masyarakat dan menyebabkan inflasi secara nasional.

“Dimana dimulainya pelanggaran, pasti akan diusut kepolisian,” katanya.

Sumber: Tribratanews.Polri & CNN Indonesia | Editor: Intoniswan

Tag: