SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Sebagai seorang sastrawan dan wartawan berkaliber nasional bahkan internasional, Korrie Layun Rampan kelahiran 17 Agustus 1953 di Samarinda ini, banyak menghasilkan karya-karya sastra yang mendapat penghargaan dan mendunia. Sejumlah karya-karya diterjemahkan dalam dalam 24 bahasa.
Sebelum dipanggil Yang Maha Kuasa pada 19 November 2015, Korrie Layun Rampan kembali berkiprah di Kaltim. Membimbing dan memotivasi para sastrawan Kaltim. Dia menjadi editor beberapa buku antologi puisi dan cerpen para penulis Kaltim. Korrie Layun Rampan selalu mengatakan, Kalimantan khususnya Kaltim ini tidak kekurangan penulis puisi, cerpen, novel dan drama.
Korrie Layun Rampan merasa salah satu ‘kelemahan’ penunjang perkembangan sastra di tanah kelahirannya adalah kurangnya keberanian para penulis menerbitkan karya-karyanya. Kalaupun ada hanya sedikit para penulis yang mampu dan mau menerbitkan karyanya. Entah dalam bentuk terbitan tunggal maupun bersama dengan penulis lainnya.
Dalam beberapa kesempatan kepada Niaga.Asia, Korrie Layun Rampan selalu menyampaikan kegelisahannya itu.
“Kalau penulis Kaltim, apakah dia penyair, cerpenis, novelis atau penulis naskah drama ingin dikenal secara nasional bahkan internasional, dia harus berani menerbitkan karya-karyanya,” ucap Korrie Layun Rampan.
Dia menularkan ‘virus’ menulis dan menerbitkan karya kepada para penulis dan sastrawan Kaltim. Korrie Layun Rampan tidak hanya pandai memberikan motivasi. Sejak tahun 2007, Korrie Layun Rampan yang dijuluki ‘Paus Sastra’ penerus HB Jassin ini turun tangan langsung.
Korrie Layun Rampan merancang tiga buah buku ‘Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia’, ‘Kalimantan dalam Prosa Indonesia’ dan ‘Kalimantan dalam Puisi Indonesia’. Dia mengumpulkan dan menyunting karya-karya para sastrawan dan penulis Kalimantan dan Kalimantan Timur, mulai Angkatan ’45 sampai Angkatan ‘2000.
Tiga naskah yang hampir rampung pada tahun 2009 dan telah mencapai sekitar 3.000 halaman, terkendala, karena terinfeksi virus di dalam komputer. Lebih sebagian tak terselamatkan. Korrie kembali berkutat, kembali mengumpulkan naskah-naskah yang hilang dari berbagai perpustakaan di Jakarta, Medan, Banjarmasin, Surabaya, Mataram, Yogyakarya, Semarang, Malang, Jambi, Bandung dan lainnya.
Dengan bantuan kawan-kawannya di berbagai daerah, khususnya bantuan besar yang diberikan Ahim Hasibuan, Zulhamdani, Shantined dan lainnya, naskah-naskah yang dibutuhkan hampir seluruhnya didapatkan.
Selain kendala virus komputer, beberapa kali Korrie Layun Rampan harus dirawat di Rumah Sakit. Meskipun begitu, akhir Maret 2011 naskah-naskah itu dapat dirampungkan dan siap cetak untuk tiga buah buku.
“Buku ini bakal menjadi ‘babon’ kesusastraan Kaltim dan Kalimantan,” ucapnya sebelum naskah buku-buku dikirim ke percetakan.
Ada 55 sastrawan prosais dari empat provinsi Kalimantan untuk buku ‘Kalimantan dalam Prosa Indonesia’. Sedang buku ‘Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia’ memperlihatkan perjalanan sastra di Kawasan ini, sejak lahirnya sastra Indonesia modern pada tahun 1946 di Kaltim.
Hampir semua sastrawan dan karya para pekerja sastra di daerah ini diberi tempat yang layak dalam buku ini. Sementara itu, buku ‘Kalimantan Timur dalam Puisi Indonesia’ merupakan buku yang memperlihatkan eksistensi sastra Indonesia yang lahir dari buah budi kaya para sastrawan Kaltim.
Ketiga buku ini diterbitkan Panitia Dialog Borneo-Kalimantan XI bekerjasame dengan Dinas Pendidikan Kalimtan Timur tahun 2011. Korrie Layun Rampan sebagai editor. Co-editor: Amin Wangsitalaja. Pemeriksa aksara: Diyan Kurniawati, Nurul Masfufah, Muhammad Sunny. Perancang sampul: Narto Anjala, Lay out: Kuntoro.
Penulis: Hamdani | Editor: Intoniswan
Tag: Prosa