Bunda Harum Kunjungi Korban Kekerasan Seksual Ayah Tiri dan Bawakan Buku-buku

Bunda Harum terus memegang erat tangan korban kekerasan seksual oleh ayah tirinya. (Foto sengaja disamarkan Niaga.Asia demi menjaga privasi dan kenyamanan korban yang masih dibawah umur)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Suasana penuh haru nampak menyelimuti rumah aman milik Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak Kalimantan Timur (TRC PPA Kaltim), Sabtu malam (10/5) sekitar pukul 20.08 WITA.

Di tempat inilah seorang anak perempuan berusia 13 tahun, korban kekerasan seksual oleh ayah tirinya, kini harus menjalani masa pemulihan dan pendampingan.

Ketua Tim Penggerak PKK Kaltim, Sarifah Suraidah Harum atau akrab disapa Bunda Harum, datang menjenguk korban yang tengah hamil lima bulan.

Kunjungan dilakukan secara tertutup demi melindungi identitas korban. Saat tiba, Bunda Harum menyambut korban dengan sapaan lembut dan memberikan bingkisan berisi buku bacaan.

“Bunda bawakan hadiah, nih. Suka baca buku nggak? Sengaja Bunda belikan buku biar bisa baca-baca. Ini dari Pak Gubernur. Tetap semangat ya, dan tetap sekolah,” ujarnya sambil tersenyum.

Percakapan yang berlangsung selama 2 jam itu pun berlanjut penuh kehangatan. Bunda Harum menanyakan hobi dan cita-cita korban.

“Hobbynya apa?”, “Menggambar,” jawab korban perlahan. “Cita-citanya apa?”, “Mau jadi Polwan,” lanjut korban yang bertubuh tinggi sekitar 160 centimeter.

Mendengar jawaban itu, Bunda Harum sontak merespons penuh semangat. “Kalau mau jadi Polwan, cari Bunda. Sama betul dengan anak Bunda, mau jadi Polwan juga. Bismillah ya, harus jadi Polwan.”

Tak hanya berbincang, Bunda Harum langsung mengajak korban makan bersama begitu tahu sang anak belum sempat makan malam. Ia juga mengajak para pendamping turut makan bareng agar suasana terasa hangat dan korban merasa ditemani.

“Karena kamu belum makan, Bunda temani ya. Kita makan bareng. Biar kamu juga makan. Bunda suapin,” katanya penuh kehangatan sambil menyuapi korban dengan tangan kanannya, tanpa menggunakan sendok, agar terasa lebih akrab dan nyaman.

Korban pun perlahan tersenyum dan mulai menikmati makan malamnya ditemani para relawan dan pendamping.

“Tante-tante semua ke sini untuk temani kamu makan ya,” tambah Bunda Harum seraya terus menggenggam tangan korban.

Korban lantas bercerita bahwa ia pernah bertemu Bunda Harum saat kampanye di salah satu sekolah di Samarinda. Bahkan, ia masih menyimpan foto bersama Gubernur Rudy Mas’ud dan Bunda Harum. Korban juga sempat mencari-cari keberadaan Pak Harum.

“Janji ya jadi polwan. Kompak sama Bunda,” ujar Bunda Harum dengan mata berkaca-kaca.

Kronologi kejadian

Kisah pilu korban pertama kali terungkap setelah laporan masyarakat diterima oleh TRC PPA Kaltim. Ketua TRC, Rina Zainun, yang pertama kali mendampingi korban, menceritakan kronologi awal.

“Pelaporannya malam hari. Besoknya saya langsung minta bertemu anaknya. Saya tanya, ‘Nak, haid enggak?’ Dia bilang, ‘Enggak, Bu.’ Terakhir haidnya Desember. Mulai saya curiga ketika dia bercerita, selama ini merasakan ngantuk dan makannya banyak,” kata Rina.

Bunda Harum memeluk erat korban kekerasan seksual yang masih berusia 13 tahun. (Foto sengaja disamarkan Niaga.Asia demi menjaga privasi dan kenyamanan korban yang masih dibawah umur)

Korban kemudian mengungkapkan bahwa ia mulai mengalami kekerasan sejak kelas 4 SD, terakhir terjadi Januari 2025. Seluruh kejadian dilakukan di dalam kamar rumah korban. Karena trauma, ia sempat kabur, namun ibunya yang tidak memahami situasi malah memarahinya.

“Setelah itu dia nggak mau bercerita dengan ibunya. Dia selalu minta tidur dengan ibunya karena takut, pegang jempol kaki ibunya supaya tidak terlepas. Tapi sinyal itu tidak ditangkap ibunya,” jelasnya.

Setelah dilakukan pemeriksaan USG dan darah lengkap yang biayanya dibantu oleh anggota DPRD Samarinda, Adnan Faridhan, korban dinyatakan hamil 5 bulan dengan janin berjenis kelamin laki-laki yang sehat. Saat diberi tahu, korban sempat histeris.

“Dia bilang, ‘Saya enggak mau, nanti muka anak saya kayak ayah.’ Bahkan minta saya ambil anaknya setelah lahir,” terangnya, membuat suasana semakin haru.

Dukungan Sekolah

Meski sempat mendapat stigma dari sebagian masyarakat, pihak sekolah tetap memberikan dukungan. Guru dan wali kelas dari SD tempat korban menuntut ilmu selama ini kata Rina, sangat aktif membantu pemulihan psikologis dan akademik korban.

“Saya sangat apresiasi sekolahnya. Walaupun sempat dihujat oleh orang tua murid, mereka tetap bantu kirim soal. Anak ini dengar sendiri dihujat. Lalu saya katakan kepada korban, ini kejahatan, bukan karena pacaran, jangan kamu dengarin semua itu,” tegasnya.

“Maksud saya, masyarakat harusnya kasihan sama anak ini. Berikan kesempatan kepada korban. Karena walaupun anak berhadapan dengan hukum, tetapi hak pendidikannya itu kan jangan sampai diputus,” tambahnya.

Korban berasal dari keluarga miskin. Ibunya bekerja sebagai seorang pemulung yang tidak menerima nafkah dari suami. Jadi saat diberi makanan bergizi beber Rina, korban justru menanyakan adik-adiknya.

“Dia bilang, ‘Bunda, adik-adik sudah makan belum?’ Dia lebih pikirkan orang lain, sayang banget sama adik-adiknya. Bahkan ketika ia diberikan mainan, katanya boleh nggak aku kasih untuk adik-adikku,” kata Rina sambil menahan tangis.

Bunda Harum menekankan pentingnya menjaga hak anak, terutama hak untuk mendapatkan pendidikan, meskipun anak sedang menghadapi persoalan hukum.

“Anak ini harus tetap sekolah. Jangan biarkan masa depannya hilang karena trauma. Kita semua bertanggung jawab, kan mau jadi Polwan, iya kan nak,” tegas Bunda Harum di hadapan tim TRC dan relawan.

Kunjungan malam itu ditutup dengan bincang empat mata antara korban dan Bunda Harum. Pelukan dan tetes air mata pun menjadi saksi bahwa harapan masih menyala bagi anak-anak korban kekerasan seksual di rumah aman itu.

“Kalau sudah waktunya melahirkan, panggil Bunda ya. Semangat pokoknya. Kamu pasti bisa, calon Polwan harus semangat,” pungkas Bunda Harum seraya memeluk korban dengan erat.

Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Kaltim

 

Tag: