Butet Kertarajasa Minta Badan OIKN Tidak Mengatur-ngatur Seniman

Para narasumber Rembuk Budaya IKN (dari kiri) Butet Kertarajasa, Andersius Namsi, JJ Rizal dan moderator Zainal Dharma Abidin. (Foto: Hamdani/niaga.asia)

 

BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA – Seniman kondang Butet Kertarajasa meminta kepada Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) tidak mengatur-atur seniman  dan budayawan dalam mencari identitas budaya Nusantara di IKN.

“OIKN tidak boleh mengatur seniman dalam mencari bentuk kebudayaan Nusantara di IKN,” tandasnya dalam kapasitas sebagai narasumber Rembuk Budaya IKN, Rabu (8/11), di Hotel Grand Senyiur, Balikpapan.

Biarkan, kata Butet, seniman memberikan masukan, tanpa pengarahan secara khusus dari OIKN.

“Kesenian dan kebudayaan  itu tidak ada yang final. Terus berproses,” tambahnya di hadapan ratusan budayawan, seniman dan akademisi, peserta rembuk budaya.

Kendati begitu dia sepakat,  kearifan lokal Kaltim melalui tiga pilar budaya: pesisir, keraton dan masyarakat adat Dayak tetap menjadi ‘roh’ budaya Ibu Kota Nusantara.

“Yang menjadi ‘roh’ kebudayaan Nusantara tetap tiga pilar budaya Kaltim, pesisir, keraton dan masyarakat adat,” tandas Butet.

Sebagian peserta Rembuk Budaya IKN. (Foto: Hamdani/niaga.asia)

“Dalam Rembuk Budaya IKN, OIKN hanya menfasilitasi para seniman dan budayawan memberikan masukan kepada kami. Kami juga tidak mengatur para peserta dalam mengkaloborasikan pemajuan kebudayaan yang nantinya menjadi kebudayaan  Nusantara,” ucap Deputi Sosial, Budaya dan Pengabdian Masyarakat Otorita Ibu Kota Nusantara Alimuddin.

Alimuddin menjamin, OIKN tidak mengatur-atur seniman dan budayawan di dalam keterlibatannya di proses pencarian identitas budaya Nusantara, seperti yang disampaikan Butet itu.

“Bahkan saya juga menyampaikan kepada tim perumus rembuk budaya ini, dalam hal menyusun rekomendasi agar mengosongkan kepalanya dari segala dasar hukum yang ada. OIKN membutuhkan masukan dalam bentuk rencana aksi bagi pemajuan kebudayaan Nusantara,” papar Alimuddin.

Dalam rembuk budaya juga menghadirkan sejarahwan  Betawi JJ Rizal yang berbicara tentang sejarah dan nasib kebudayaan Betawi ketika Jakarta dijadikan ibu kota.

Di samping itu, ada narasumber yang berbicara tentang kearifan lokal Kaltim, Dr. Andersius Namsi  dan para narasumber Kesultanan sebagai ketahanan budaya dari Kesultanan Paser, Kesultanan Kutai, Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan Sambaliung.

Penulis: Hamdani | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Kaltim

Tag: