SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Semakin dekatnya Pemilu 2024 memicu kegigihan calon legislatif (Caleg) dalam menarik dukungan publik. Namun dibalik keseriusan upaya itu, mereka menghadapi risiko kesehatan mental.
Ayunda Ramadhani, seorang Dosen di Program Studi Psikologi FISIP Universitas Mulawarman (Unmul) sekaligus Ketua Ikatan Psikologi Klinis (IPK) Himpunan Psikologi Indonesia Kalimantan Timur (HIMPSI Kaltim) menjelaskan, tekanan sebelum Pemilu dan potensi kegagalan bisa menjadi pemicu stres berat bagi para Caleg.
Hal ini dikarenakan mereka harus mengerahkan biaya besar, tenaga, pikiran, dan waktu untuk kampanye. Sehingga jika seorang Caleg gagal terpilih, maka dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan insomnia. Kondisi itu seringkali dialami oleh Caleg setelah mengalami kekalahan.
“Dampaknya bisa menghambat produktivitas dan mengganggu kehidupan sehari-hari,” kata Ayunda Ramadhani, Rabu 3 Januari 2024.
Mengantisipasi itu, Ayunda merekomendasikan agar para Caleg dapat membangun ketahanan mental, mengatur harapan yang realistis, rutin mengevaluasi diri guna memperbaiki strategi kampanye mereka, serta perlunya dukungan dari keluarga. Baik saat masa kampanye maupun setelah Pemilu berlangsung.
“Menurut pengalaman saya pada Pemilu 2019, mereka yang mendapat dukungan keluarga cenderung lebih cepat pulih dan bangkit,” ujarnya.
Ayunda juga menyarankan jika para Caleg mulai mengalami gejala stres yang mengganggu, sebaiknya langsung berkonsultasi dengan seorang psikolog. Dengan harapan bahwa langkah ini akan membantu mereka dalam proses pemulihan.
“Dengan berkonsultasi, diharapkan mereka dapat kembali menjalani aktivitas dengan baik seperti sebelum mereka menjadi Caleg,” demikian Ayunda Ramadhani.
Penulis : Annisa Dwi Putri | Editor : Saud Rosadi
Tag: CalegPemilu 2024Samarinda