Capaian Pembangunan Manusia Laki-laki di Kaltim Relatif Tinggi Dibandingkan Perempuan

Foto Ilustrasi dari Brilio.net

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Hingga tahun 2022, pembangunan manusia yang dicapai oleh laki-laki masih lebih tinggi dibanding perempuan. Hal ini tercermin pada angka IPG Kalimantan Timur (Kaltim) pada tahun 2022 yang baru mencapai 86,61. Artinya, capaian pembangunan manusia laki-laki masih relatif lebih tinggi dibanding perempuan.

Tercatat bahwa IPM laki-laki mencapai 82,22 sementara IPM perempuan hanya sebesar 71,21. Secara konseptual, capaian ini merefleksikan masih besarnya disparitas gender di Kalimantan Timur. Disparitas gender ini bahkan terjadi di semua kabupaten/kota di Kalimantan Timur.

Demikian diungkap  Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim dalam Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Timur 2022 yang dipublikasikan dan sudah dapat diakses publik sejak Maret 2023.

Menurut Kepala BPS Kaltim, Dr. Yusniar Juliana, S.Si, MIDEC, istilah gender berbeda dengan karakteristik laki-laki dan perempuan secara biologis. Konsep gender mengacu pada perbedaan laki-laki dan perempuan dalam peran, perilaku, kegiatan, serta atribut yang dikonstruksikan secara sosial.

Perbedaan ini tidak menjadi masalah bila disertai dengan keadilan, sebab ketidakadilan yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian bagi laki- laki maupun perempuan.

“Oleh karena itu, kesetaraan gender merupakan hak yang semestinya didapatkan agar laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan dan ikut berpartisipasi dalam setiap aspek kehidupan,” terangnya.

Indikator yang dapat digunakan untuk melihat capaian pembangunan manusia dengan mempertimbangkan aspek gender yakni Indeks Pembangunan Gender (IPG). IPG mengukur pencapaian dimensi dan variabel yang sama dengan IPM, tetapi mengungkapkan pencapaian laki-laki dan perempuan.

Nilai IPG yang ideal jika mendekati 100. Apabila IPG berada jauh di bawah 100, artinya capaian pembangunan manusia yang dicapai laki-laki di wilayah tersebut lebih tinggi daripada perempuan, begitu pula jika sebaliknya.

Dijelaskan Yusniar,  Kabupaten Paser merupakan wilayah dengan disparitas gender tertinggi, dengan IPG yang hanya sebesar 71,98. Sementara itu, Kota Balikpapan merupakan wilayah dengan disparitas gender terendah, dengan IPG sebesar 89,96. Adapun IPG di kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kaltim berkisar antara 77 sampai 89.

Dalam kurun tahun 2010-2022, IPM yang dicapai baik oleh laki-laki maupun perempuan di Kaltim masing-masing terus mengalami kenaikan. Hal ini diikuti juga oleh angka IPG yang semakin mendekati 100, yang mengindikasikan semakin berkurangnya disparitas gender di Provinsi Kaltim  dalam kurun waktu tersebut.

Walaupun pada tahun 2020, terjadi penurunan capaian nilai IPM Laki-laki maupun IPM perempuan. Penurunan capaian IPM Perempuan yang turun lebih jauh dibandingkan IPM laki-laki turut menyebabkan turunnya capaian IPG pada tahun tersebut. Namun sejak tahun 2021, angka IPG kembali mengalami kenaikan.

Pada tahun 2010, capaian IPM laki-laki sebesar 76,12 dan perempuan hanya sebesar 63,18, menghasilkan angka IPG sebesar 83,00. IPM laki-laki maupun perempuan terus mengalami kenaikan hingga tahun 2019 mencapai 81,58 untuk IPM laki-laki dan 70,14 untuk IPM perempuan, dengan angka IPG sebesar 85,98.

Tren kenaikan ini sempat tertahan di tahun 2020 yang ditandai dengan menurunnya angka IPM laki-laki sebesar 0,32 persen menjadi 81,32 dan IPM perempuan turun sebesar 0,64 persen menjadi 69,69.

“Terjadi penurunan yang cepat pada IPM perempuan dibandingkan yang terjadi pada IPM laki-laki mengakibatkan turunnya capaian angka IPG Provinsi Kaltim pada tahun 2020,” demikian Yusniar.

Sejak tahun 2021, angka IPG kembali meningkat, bahkan pada tahun 2022, capaian IPG sudah lebih baik dibandingkan capaian sebelum pandemi. Capaian IPG yang terus meningkat diakibatkan capaian kesetaraan pada indikator kesehatan dan indikator pendidikan antara laki-laki dan perempuan di Provinsi Kaltim  terus membaik.

Umur Harapan Hidup (UHH) laki-laki di Kalimantan Timur pada tahun 2022 mencapai 72,80 tahun, sedangkan UHH perempuan mencapai 76,52 tahun. Sedangkan pada indikator pendidikan, tidak terdapat kesenjangan yang lebar antara capaian laki-laki dan perempuan.

Harapan Lama Sekolah (HLS) laki-laki mencapai 13,81 tahun dan HLS perempuan mencapai 13,92 tahun. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) laki-laki sebesar 10,24 tahun dan RLS perempuan sebesar 9,71 tahun.

Menurut Yusniar, penyebab masih adanya disparitas gender di Kalimantan Timur yakni aspek ekonomi perempuan yang memang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Rata-rata pendapatan per kapita perempuan di Kaltim yang diproksi dengan rata-rata pengeluaran riil per kapita sekitar 7,46 juta rupiah selama setahun. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan pengeluaran per kapita laki-laki yang mencapai 19,22 juta rupiah per tahun.

Secara konseptual, disparitas gender memang masih terjadi Provinsi Kaltim hingga saat ini. Namun, tren kenaikan IPG yang semakin mendekati 100 setiap tahunnya tentu merupakan hal yang sangat baik.

Jika tren positif ini terus berlanjut, maka bukan tidak mungkin jika suatu saat nanti disparitas gender di Provinsi Kaltim akan semakin mengecil,” pungkasnya.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: