Cara Merawat Buku Perpustakaan Ala Parno Pustakawan Penyelia

Ilustrasi merawat buku menggunakan teknik Fumigasi. (Foto Istimewa)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Perpustakaan merupakan gudang ilmu yang harus terus dirawat terutama menghindarkan buku dari jamur ataupun kuman yang dapat menyebabkan buku menjadi rusak.

Menurut Parno, ada dua Metode yang dapat digunakan untuk membuat ruang perpustakaan menjadi steril dari kuman, dari harga yang terbilang mahal sampai harga yang mudah dijangkau.

Berikut cara merawat buku perpustakaan ala Parno pustakawan penyelia yang sudah lama bekerja di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kalimantan Timur dan telah mengikuti pelatihan perawatan perpustakaan di Perpustakaan Nasional (Perpusnas).

1.Melakukan Fumigasi

Fumigasi merupakan sebuah metode pengendalian hama menggunakan pestisida berbentuk uap gas beracun. Metode ini dapat membunuh hama yang hidup di dalam struktur bangunan, misalnya rayap.

Menurut Parno Fumigasi menggunakan Metil Bromida dapat menghilangkan jamur, kuman, rayap dan lain-lain hingga 100 persen, karena menggunakan gas beracun yang disemprotkan keseluruh ruangan perpustakaan.

“Saya dulu pernah pertama kali Fumigasi supaya lebih awet koleksinya, jamur, rayap dan lainnya itu hilang semua,” terang Parno, pada Senin (10/4/2023).

Metode Fumigasi harus dalam kondisi steril dari orang disekitar dengan radius 100 meter karena bisa menyebabkan gangguan pernafasan dan perpustakaan biasanya harus menutup dari pengunjung.

“Memang Fumigasi berbahaya karena menggunakan gas beracun, tapi sangat ampuh,” ucapnya.

Parno pustakawan penyelia saat diwawancara NiagaAsia di ruang administrasi, Kantor DPK Kaltim, Jalan Ir Juanda, Samarinda, pada Rabu (29/3/2023) (Ade/NiagaAsia).

Namun, Fumigasi terbilang mahal untuk harga satu obatnya bisa mencapai Rp 30 Juta, bahkan saat ini DPK Kaltim tidak bisa menggunakan metode tersebut dikarenakan tidak adanya biaya melakukan Fumigasi.

“Harganya itu mahal sekali, kalo dulu saya prakteknya pake metil bromida, kalo sekarang sudah tidak ada biayanya lagi,” jelasnya.

2.Menggunakan Silica Gel

Silica Gel merupakan obat berbentuk gel berwarna biru yang akan menguap setelah diletakkan di lemari perpustakaan dan akan membuat udara menjadi lembab.

“Digunakan untuk lemari, terus ditaro kaya kapur barus, nanti secara otomatis menguap, taroh dibawah nanti menguap,” ungkapnya.

Karena kondisi iklim di Samarinda yang berubah-rubah metode Silica Gel dapat digunakan agar buku menjadi awet dan terhindar dari jamur, rayap, kuman dan lain-lain.

“Cocok disini menggunakan Silica Gel karena cuaca, Silica Gel membuat buku awet,” ujarnya.

Silica Gel bertahan sampai 24 jam setelah diletakkan di lemari, setelah uapnya habis silica gel berubah menjadi warna merah dan harus dibawa ke laboratorium untuk di cas kembali.

Harga Silica Gel sendiri terbilang cukup mahal, bisa dibeli di toko obat kimia dengan harga Rp 300 – Rp 400 ribu, dengan isi 12 per kalengnya. 1 lemari ukuran 1×4 meter harus menggunakan 5 Silica Gel.

“DPK kalo menggunakan Silica Gel bisa sampai ratusan bahkan ribuan, makanya perawatan sudah jarang digunakan, mengingat DPK belum ada anggarannya,” ucapnya.

Hingga sekarang perawatan khusus perpustakaan sudah tidak dilakukan lagi mengingat dana yang mahal dan semakin hari orang yang tahu tentang perawatan perpustakaan sudah berkurang karena pensiun dan tidak ada yang bisa menguasai ilmu tersebut.

“Jadi yang baru-baru ini tidak tau seperti apa perawatan perpustakaan itu, di kampus hanya teori, karena terkendala biaya yang mahal,” tutupnya.

Penulis: Ade Saputra | Editor: Intoniswan | Advetorial

Tag: