BONTANG.NIAGA.ASIA — Minyak panas di wajan yang berjejer tak lagi dihiraukan. Tangannya terus mengayun dan memutar gorengan yang telah diracik sejak dini hari.
Agus, 42 tahun, berpeluh keringat untuk menjajakan gorengan yang sudah ditekuni sejak 11 tahun lalu dan mampu meraup omzet jutaan rupiah per harinya.
Pria yang sudah mempunyai satu orang anak itu mengaku setiap harinya berjualan di lapak yang ia sewa per tahun sebesar Rp 17 juta di Jalan Jenderal Sudirman Kelurahan Tanjung Laut, Bontang Selatan.
Gorengan yang dijualnya dibanderol dengan harga Rp 1.000 per biji (per potong) dengan berbagai macam varian seperti pisang goreng, tahu isi, tempe, bakwan goreng, kulit pangsit dan onde-onde.
Sebelum inflasi dan harga BBM naik, ia hanya menjual dengan harga Rp 500. Namun tingginya harga minyak goreng membuatnya terpaksa menaikkan harga dagangannya hingga 100 persen sejak 14 Maret 2022 lalu. Pasalnya, untuk produksi tiap harinya ia membutuhkan 36 liter minyak goreng.
“Sekarang ini semua bahan-bahan naik. Selain minyak tepung terigu juga naik,” kata Agus saat ditemui Rabu 19 April 2023.
Sebelumnya, Agus mengungkap dia menjalani dua pekerjaan sekaligus yakni berjualan sayuran di pagi hari dan siang harinya berjualan orengan. Namun hal itu hanya bertahan 3 tahun.
“Kalau jualan sayuran itu dulu turunan dari orang tua. Jadi sempat jalani dua-duanya tapi ternyata tidak sanggup dan juga jual gorengan ini lebih menjanjikan,” ujarnya.
Meski demikian, usaha yang dijalaninya pun pernah mengalami penurunan sekitar 3 bulan di awal COVID-19 melanda. Pasalnya masyarakat lebih memilih memesan makanan secara online.
Meski demikian kondisi itu tidak berlangsung lama, dan perlahan pun usahanya mulai kembali bangkit dan penjualannya justru semakin meningkat. Bahkan Agus mampu menjual hingga puluhan ribu biji gorengan per hari.
Agus bercerita, dia, istrinya, beserta karyawannya mulai berjualan sejak pukul 09.00 hingga 15.00 Wita. Menurutnya, bisnis gorengan menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan jika ditekuni dengan serius. Bahkan semakin hari usahanya semakin berkembang. Meski begitu dia masih belum memikirkan untuk mengembangkan usahanya di bidang lain.
“Kalau bulan Ramadan kami bukanya dari siang. Dulu itu sempat berpikir untuk berjualan es tapi takutnya tidak fokus jadi kurang maksimal,” tutup Agus.
Penulis : Kontributor Niaga Asia, Dahlia | Editor : Saud Rosadi
Tag: BontangKisah InspiratifUMiUMKM