Comeback, Anas Urbaningrum: PKN Bukan Partai yang Dimiliki Keluarga

Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN). (Foto Tempo.co)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Setelah men jalani masa-masa sulit lebih kurang 8 tahun dalam penjara dalam perkara “Hambalang”, Anas Urbaningrum comeback ke dunia politik melalui Partai Keadilan Nusantara (PKN).

Setelah didaulat menjadi ketua umum PKN menggantikan  Gede Pasek dalam Munaslub PKN di Grand Sahid Jaya, Sabtu (15/7/2023), Anas  menegaskan bila PKN bukan partai yang dimiliki keluarganya, maupun dirinya sendiri.

Hal ini ia sampaikan menjawab soal arah capres-cawapres yang akan didukung PKN di Pilpres 2024.

“Partai itu bukan milik pribadi saya. PKN itu bukan milik pribadi saya. Bukan milik keluarga saya,” kata Anas di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Sabtu (15/7), dikutip CNNIndonesia.

“Partai bukan properti pribadi partai bukan properti family, partai bukan kepunyaan keluarga. Kalau mau disebut keluarga, partai harus punya keluarga besar seluruh Bangsa Indonesia,” katanya.

Dikatakan Anas Urbaningrum,  PKN harus ditata berdasarkan prinsip-prinsip modern, bukan atas dasar kepentingan pribadi atau keluarga.

“Dengan prinsip seperti itu maka PKN tidak eksklusif PKN  akan menjadi partai yang inklusif partai yang terbuka,” ujarnya.

Menurutnya, PKN mengajak siapa saja yang memiliki komitmen bekerja untuk masa depan bangsa bisa bergabung.

“Tidak dilihat golongan apa, agamanya apa, familinya siapa, silsilahnya seperti apa, daerahnya mana, warna kulit apa, rambutnya keriting apa lurus, belok atau agak sipit seperti saya misalnya. Semuanya sama terbuka,” ujar Anas.

Mantan Ketua Umum HMI ini menjelaskan, PKN adalah partai yang majemuk dan terbuka bagi siapapun yang mau bergabung.

Tribunnetwork melaporkan, Anas juga sempat mengungkapkan alasan dirinya kembali terjun ke dunia politik, meskipun dunia politik sempat menyeretnya ke penjara karena kasus korupsi proyek hambalang.

Anas menuturkan panggilan menjadi petugas publik menjadi alasan dirinya kembali terjun ke dunia politik. Karena itu, Ia pun bersedia mengabdikan dirinya kembali menjadi petugas publik.

“Politik itu adalah tugas publik. Jadi terjun ke politik sesungguhnya adalah bersedia untuk menjadi petugas publik. Saya ulangi ya, terjun ke politik sesungguhnya adalah panggilan untuk bersedia untuk menjadi petugas publik,” kata Anas.

Anas menyatakan bahwa dirinya pernah banyak menerima berbagai fasilitas dari Indonesia. Itulah kenapa ia ingin membalas jasa-jasa yang telah diberikan dengan mengubah keadaan bangsa Indonesia.

“Saya yang pernah mendapatkan fasilitas berupa kebaikan kebaikan Indonesia, bisa sekolah, bisa belajar apa saja, bisa agak mengerti tentang keadaan Indonesia,” jelasnya.

“Nah cara saya untuk membalasnya adalah apa ? Saya harus berani dan bersiap menjadi petugas politik. Adalah petugas publik. Jadi itulah kenapa saya kembali berpolitik,” sambungnya.

Lebih lanjut Anas menambahkan dirinya tidak memiliki target khusus saat kembali ke dunia politik. Hanya saja, ia bakal menjalankan apapun tugas dan amanah yang diberikan rakyat kepada dirinya.

“Saya tidak pernah merumuskan target yang sangat khusus, yang penting apa yang di depan mata ditugaskan diamanahkan kepada saya, saya tunaikan dengan sebaik-baiknya,” pungkasnya.@

Tag: